Laporan FISTAN
LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
PENGANTAR
FISIOLOGI TANAMAN
LAJU TRANSPIRASI
Disusun
oleh:
Kelompok
4 Praktikum 1
Ega
Putri Supani J3G114039
Aulia
Rahma
J3G114042
Hanifah
Izzati P J3G114044
M.
Agi Iqbal
J3G114048
Muhammad
Alqamah J3G114052
PROGRAM
KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PENDAHULUAN
Proses
fisiologi yang berlangsung pada tumbuhan banyak berkaitan dengan air atau
bahan-bahan (senyawa atau ion) yang
terlarut dalam air. Air adalah factor terbesar penunjang berjalannya fisiologi
pada tumbuhan. Keberadaan air dalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi
yang dipengaruhi oleh kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan dan
kecepatan hilangnya air dari tubuh tumbuhan.
Transpirasi
dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata (Lakitan 1993). Kehilangan air dari tubuh tumbuhan
dapat terjadi melalui luka jaringan epidermis daun, batang, cabang, ranting,
bunga, buah, dan akar. Namun kehilangan air kebanyakan pada epidermis daun
melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang
hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui
stomata.
Banyak
orang beranggapan bahwa hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat merugikan
tumbuhan tersebut. Pada kenyataannya jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan
agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut, misalnya:
mempercepat laju pengangkutan unsure hara melalui pembuluh xylem, menjaga
turrgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal dan sebagai salah satu
cara untuk menjaga stabilitas suhu daun.
Proses
transpirasi terjadi disebabkan oleh dua faktor, yaitu: faktor internal dan
faktor eksternal.. Faktor internal
meliputi: luas permukaan daun, ketebalan epidermis dan kutikula, kerapatan
(frekuensi) stomata dan posisi stomata. Daya hantar stomata secara langsung
dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata, maka
daya hantarnya akan semakin tinggi. (Lakitan 1993).
Faktor
eksternal yang menyebabkan transpirasi meliputi: kelembaban udara sekitar
tanaman, temperature udara, temperature daun tanaman, tekanan atmosfir, penyuplaian air ,
insensitas cahaya, dan pergerakan udara.
Kedua faktor ini sangat penting untuk diketahui, karena factor ini dapat
membantu dalam pengamatan terhadap akibat yang ditimbukan faktor di atas
tersebut.
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengukur laju transpirasi pada dua jenis
tanaman, membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, mengamati
jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun, serta menghitung kecepatan
stomata.
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Transpirasi
Air
merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan penyusun
utama dari pada protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen utama
dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini
kebagian-bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman.
Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan
berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari
air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi. (Crafts et al. 1949).
Secara alamiah tumbuhan mengalami
kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini
disebut transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses
hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di
atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.
Besarnya uap air yang
ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor dari
dalam tumbuhan seperti jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata. Sedangkan
faktor luar meliputi kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah.
Kelembaban. Bila daun
mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi
bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
Suhu. Kenaikan suhu dari
180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan
air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor
daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
Cahaya. Cahaya memepengaruhi
laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun
sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat
mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
Angin. Angin mempunyai
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan
udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika
angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun
dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
Kandungan air tanah. Laju
transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di
akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada
penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga
terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika
kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk
meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih
lanjut.
Untuk
mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potomete. Transpirasi
pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu
bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang
melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada
saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara
untuk berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke
udara sebagai uap air Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh
tumbuhan tingkat tinggi berasal dari
daun selain dari batang, bunga, dan buah.
Tanaman yang cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk
menjamin kelancaran pertukaran gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna
dalam aktivitas fotosintesis, aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya
kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer 1976).
Konsentrasi CO2 eksternal (453.55 ppm) dan internal (252.54 ppm) akan mempengaruhi bukaan
stomata. Pada sebagian besar tumbuhan konsentrasi
CO2 yang rendah di daun menyebabkan konduktan
stomata meningkat sehingga stomata akan membuka, sebaliknya jika
konsetrasi CO2 meningkat menyebabkan konduktan
stomata rendah dan sebagian stomata menutup. Konduktan stomata rendah dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga air yang berada dalam mesofil daun dapat
dimanfaatkan secara efisien pada proses fotosintesis. Konduktan stomata
yang rendah menyebabkan suhu daun meningkat
sebab transpirasi rendah melalui permukaan daun (Nasaruddin et.al. 2006).
Fungsi Transpirasi bagi Tumbuhan
Transpirasi
yang terjadi memang dapat merugikan tanaman. Jika berlebihan tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Kelihatannya
transpirasi tidak memiliki keuntungan atau fungsi bagi tumbuhan. Ambil contoh
tumbuhan yang hidup di dalam air, misalnya berbagai jenis ganggang. Kelompok
tumbuhan ini tidak melakukan transpirasi tetapi dapat tumbuh dan berkembang
secara normal. Di dalam terarrium, kelembaban nisbi adalah 100%. Dengan
demikian, laju transpirasi akan sangat rendah sekali, tetapi berbagai jenis
tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam terarrium.
Walupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi,
tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan
keuntungan bagi tumbuhan tersebut, misalnya dalam mempercepat laju
penganngkutan unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan sebagai salah satu cara untuk
menjaga stabilitas suhu daun.
Walaupun dari beberapa hasil pengujian didapatkan bahwa pengangkutan unsur
hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju
pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung
secara optimum. Sebagai contoh pada tanaman tomat terjadi defisiensi kalsium
pada daun-daun mudanya jika laju transpirasi dihambat dengancara meningkatkan
kandungan CO2 (sehingga stomata hampir menutup) dan kelembaban udara
yang tinggi.
Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pad tingakat turgiditas
tertentu, jika tugiditanya menjadi lebih tinggi atau lebih rendah maka sel
tersebut akan menurun fungsinya. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui
batas elastisitas dinding sel, maka sel tersebut akan pecah. Secara visual
sering terlihat terjadinya pecah buah pada berbagai jenis tanaman dengan buah
berdaging, misalnya tomat, anggur, cherry, dan jenis cabai tertentu.
Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan (sebagaimana halnya
juga evaporasi). Pada siang hari, radiasi matahari yang diserap daun akan
meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun
ini dapt dihindari. Bagaimana jika transpirasi tidak berlangsung? Sesungguhnya
jika transpirasi tidak berlangsung, suhu
daun tetap akan didinginkan melalui proses fisika lainnya, yaitu secara
konduksi. Akan tetaoi, kehilangan panas secara konduksi ini hanya akan
beralangsung jika suhu daun lebih tinggi dari suhu udara sekitarnya.
Anatomi Stomata
Bentuk dan posisi stomata pada daun beragam tergantung spesies
tumbuhannya. Secara teknis, yang
dimaksud dengan stomata adalah celah yang ada diantara dua sel penjaga (guard cell), sedangkan aparatus stomata
adalah kedua sel penjaga tersebut. Berdampingan dengan sel penjaga terdapat
sel-sel epidermis yang juga telah termodifikasi, yang disebut sebagai sel
pendukung (subsidiary cell).
Dalam proses transpirasi, air menguap dari dinding sel-sel
parenkhima palisade dan parenkhima spongy ke ruang interseluler. Kedua jenis
sel-sel parenkhima ini secara kolektif disebut sebagai sel-sel mesofil. Rongga
udara yang relatif luas yang berada di bawah posisi stomata di dalam daun
disebut sebagai rongga substomatal.
Stomata pada umumnya terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi
ada beberapa spesies tumbuhan di mana stomata dapat dijumpai pada kedua
permukaan daunnya (atas dan bawah). Ada pula tumbuhan yang hanya mempunyai
stomata pada permukaan atas daunnya, misalnya pada bunga lili air. Untuk
tumbuhan dalam air tidak memiliki stomata sama sekali.
Sel penjaga pada tanama dikotil umumnya berbentuk seperti
sepasang ginjal. Keunikan dari sel panjaga ini adalah bahwa serat halus
selulosa pada dinding selnya tersusun melingkari sel penjaga, pola susunan yang
demikian disebut sebagai miselasi radial. Karena serat selulosa ini relative
tidak elastis, maka jika sel penjaga menyerap air, maka sel ini tidak dapat
membesar diameternya, tetapi dapat memanjang. Karena sepasang sel penjaga ini
melekat satu sama lain pada kedua ujungnya, maka jika keduanya memanjang, keduanya
dapat melengkung kea rah luar. Kejadian ini akan menyebabkan celah stomata
membuka.
METODOLOGI
KERJA
Tempat
dan Waktu Pelaksanaan
Adapun
tempat dan waktu dilakukannya praktikum ini adalah di laboratorium CA Bio 1 dan
di luar ruang laboratorium pada pukul 07.00 WIB sampai selesai pada tanggal 08
September 2015.
Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini meliputi: tiga buah gelas ukur berukuran 10
ml, kaca preparat, timbangan analitik, mikroskop, gunting, rak tabung, dan
penggaris. Adapun bahan yang digunakan adalah dua ranting tanaman dari jenis
yang berbeda (Coleus, sampan dara, pucuk merah, dan bougenville), minyak
kelapa, kuteks bening, selotipe bening, kertas kuarto.
Metode
Kerja
a.
Mengukur Laju Transpirasi
Add caption |
b.
Mengukur Luas daun
c.
Pengamatan Stomata
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Table 1 Perbedaan
volume pada gelas ukur
Jenis Tanaman
|
Perlakuan
|
Kelompok
|
Volume Cair (ml)
|
||
0’
|
30’
|
60’
|
|||
Pucuk merah
|
Control
|
1
|
6.0
|
5.8
|
5.5
|
2
|
6.0
|
5.2
|
4.6
|
||
3
|
6.6
|
6.4
|
6.2
|
||
4
|
6.0
|
5.4
|
5.2
|
||
5
|
6.0
|
5.6
|
5.4
|
||
6
|
6.0
|
5.5
|
5.4
|
||
Rata-rata
|
6.1
|
5.65
|
5.38
|
||
Coleus sp
|
Di bawah sinar matahari
|
1
|
6.0
|
5.4
|
5.2
|
2
|
6.0
|
5.8
|
5.5
|
||
3
|
6.2
|
5.8
|
5.6
|
||
4
|
6.0
|
5.3
|
5.1
|
||
5
|
6.0
|
5.9
|
5.2
|
||
6
|
6.0
|
5.2
|
4.9
|
||
Rata-rata
|
6.03
|
5.56
|
5.25
|
||
Syzigium oleina
|
Dibawah sinar matahari
|
1
|
6.0
|
5.8
|
5.75
|
2
|
6.0
|
6.0
|
5.8
|
||
3
|
6.2
|
5.6
|
5.4
|
||
4
|
6.0
|
6.0
|
5.9
|
||
5
|
6.0
|
5.8
|
5.6
|
||
6
|
6.0
|
5.9
|
5.2
|
||
Rata-rata
|
6.03
|
5.85
|
5.61
|
Table 2 Luas
daun Coleus sp dan Syzigium oleina
Kelompok
|
Luas daun (cm2)
|
||
Kontrol
|
Coleus sp
|
Syzigium oleina
|
|
1
|
2.21
|
18.8
|
2.21
|
2
|
2.44
|
14.41
|
2.32
|
3
|
4.66
|
8.43
|
2.44
|
4
|
2.66
|
6.98
|
2.77
|
5
|
3.43
|
6.76
|
2.33
|
6
|
3.41
|
16.72
|
3.41
|
Rataan
|
3.14
|
11.92
|
2.74
|
Table 3 Jumlah
stomata Syzigium oleina dan Bougenville sp
Kelompok
|
Jenis tanaman
|
Gambar
|
Jumlah stomata
|
4
|
Syzigium oleina
|
Bagian atas
|
66
|
Bougenville sp
|
Bagian bawah
|
180
|
|
5
|
Bougenville sp
|
Bagian atas
|
1
|
Pembahasan
Transpirasi merupakan
hilangnya air dari tubuh tanaman. Kehilangan air sebagian besar berasal dari
stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari
jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata
(Loveless 1991). Dalam percobaan ini pucuk merah (Syzigium olena) mendapat dua perlakuan,
yaitu perlakuan kontrol (berada dalam ruangan) dimana ruangan terkontrol pada
praktikum ini adalah ruangan yang ber-AC dan tidak terkana sinar matahari serta
perlakuan dengan penyinaran di bawah sinar matahari. Tanaman Coleus sp hanya mendapat perlakuan
dengan pinyinaran matahari. Perlakuan ini menyebabkan laju tarnspirasi pada
kedua tanaman ini berbeda-beda (Lihat tabel 1).
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa transpirasi pada Syzigium oleina yang diletakkan di dalam ruangan baik itu dari periode pertama (0
menit-30 menit) sampai periode ke dua (30 menit-60 menit) adalah konstan.
Sedangkan pada Coleus sp yang
diletakkan di bawah sinar matahari pada periode pertama sampai periode kedua
mengalami transpirasi yang cepat. Lain halnya pada Syzigum oleina yang diletakkan di bawah sinar matahari, transpirasi
yang terjadi tidak begitu besar. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin besar suhu dan kecepatan angin maka semakin besar laju
transpirasi yang terjadi.
Terdapat
kolerasi antara luas permukaan daun dengan laju transpirasi. Semakin luas
permukaan daun maka semakin besar kemungkinan transpirasi yang terjadi,
sehingga pada daun yang memiliki luas permukaan yang besar maka laju
transpirasinya semakin cepat. Hal ini dapat terlihat dari luas permukaan daun yang paling luas
mengalami pengurangan volume air yang banyak.
Syzigium oleina terkontrol
mempunyai luas permukaan 3.14 cm2 dengan selisih pengurangan volume
air mencapai 0.45 ml. Syzigium oleina yang
diletakkan dibawah sinar matahari mempunyai luas permukaan daun 2.74 cm2
dengan selisih pengurangan volume sebesar 0.18 ml, serta pada Coleus sp mempunyai luas permukaan daun
sebesar 11.92 cm2 dengan selisih pengurangan 0.47 ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar luas permukaan daun maka semakin besar laju transpirasi yang terjadi.
Semakin
luas permukaan daun maka semakin banyak jumlah stomata dan semakin berdekatan
jarak antar satu sama lain. Banyaknya stomata yang terbuka membuat transpirasi
semakin cepat. Stomata yang banyak menyebabkan posisi stomata berdekatan. Posisi lubang yang berdekatan menyebabkan penguapan
melalui lubang yang satu terhambat oleh penguapan lubang yang berdekatan,
karena jalan yang ditempuh oleh molekul air
yang melewati lubang tidak lurus tetapi membelok karena pengaruh sel
penutup. Lubang
stomata yang berbentuk oval mempunyai kaitan dengan intensitas pengeluaran air.
Percobaan fisika membuktikan bahwa penguapan air yang tidak ditutup sama sekali
lebih lambat daripada penguapan air melalui lubang-lubang selaput yang halus. Dalam
batasan terentu, semakin banyak pori, maka penguapan juga semakin cepat (
Tjitrosomo 1985).
Pembukaan
dan penutupan stomata dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya matahari, menjadi pemicu
membuka dan menutupnya stomata. Pada saat terang stomata akan membuka
sebaliknya pada saat gelap stomata akan menutup. Menurut Lakitan (1993) bentuk dan posisi
stomata pada daun beragam bergantung spesies tumbuhannya. Stomata pada umumnya
terdapat pada permukaan bawah daun. Tetapi ada beberapa spesies tumbuhan dimana
stomata dapat dijumpai pada kedua daunnya ( atas dan bawah).
Dalam
percobaan ini tanaman yang diidentifikasi stomatanya adalah sampang dara, Coleus sp, Syzigium oleina, dan Bougenville
sp. Dari ke empat tersebut stomata yang berhasil ditemukan yaitu pada tanaman Syzigium
oleina dan Bougenville sp.
Stomata yang ditemukan pada tanaman Syzigium
oleina terletak di bagian atas. Pada saat itu stomata yang terbuka
berjumlah 66 buah. Stomata yang ditemukan pada Bogenville sp terletak di bagian atas dan bawah. Namun, bagian atas
daun memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dibandingkan jumlah stomata yang
terdapat di bagian bawah daun. Stomata
bagian atas Bogenville sp yang
ditemukan sebanyak 1 buah dan stomata yng ditemukan pada Bougenville sp bagian bawah berjumlah 180 buah. Banyaknya stomata
yang terbuka karena adanya air yang masuk ke dalam sel penjaga tersebut
sehingga menyebabkan tekanan turgor pada daun meningkat.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
praktikum ini adalah:
1. Syzigum oleina terkontrol
memiliki kecepatan transpirasi yang konstan karena percobaan dilakukan pada
ruangan yang terkontrol.
2. Coleus sp yang
diletakkan di bawah sinar matahari pada periode pertama sampai periode kedua
mengalami transpirasi yang cepat.
3. Syzigum oleina yang
diletakkan di bawah sinar matahari, transpirasi yang terjadi tidak begitu
besar.
4. Semakin
besar luas permukaan daun maka semakin besar laju transpirasi yang terjadi.
5. Banyaknya
stomata yang terbuka karena adanya air yang masuk ke dalam sel penjaga
Saran
Adapun saran yang dapat
diberikan adalah sebaiknya dalam melakukan percobaan dilakukan dengan teliti
agar hasil yang didapatkan maksimal. Pencatatan hasil pengamatan harus
diperhatikan agar dalam pengerjaan laporan dapat menggunakan data yang valid.
Kerjasama yang kuat adalah salah satu kunci keberhasil dalam melakukan
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Ai NS,
Banyo Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air
tanaman. Vol 11(2). Diakses
tanggal 12 November 2015.
Al S, Ratnawati. 2004. Respons
Konduktivitas Stomata dan Laju Transpirasi Rumput Blembem (Ischaemum ciliare,
Retzius) di Sekitar Sumber Emisi Gas Kawah Sikidan. Penelitian Pendidikan
Penerapan pada MIPA dan FMPIA UNY. Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id/ Respon-konduktivitas-stomata-dan-laju-transpirasi-rumput-blembem(Ischaemum-ciliare-retzius-disekitar-kawah-sikidang.pdf
Diakses tanggal 10 November 2015.
Bayer JS. 1976. Water deficits and photosisnthesis in water.
Defficite and Plant Growth TT Kozlowski. Academic Press Inc, New York.
Crafte, AS., H.B. Currier and C.P. Stocking. 1949. Water in the Physiology of Plants. Waltham, Mass, USA.
Fitter, A.H. dan Hay, R.K.M. (1992). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Lakitan,
B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Loveless,
PR. 1991. Principles of Biology Plants in Tropical Area. Mac Millan Publishing
Inc.New York
Nasaruddin, Y. Musa, dan M.A. Kuruseng. 2006.
Aktivitas beberapa proses fisiologis tanaman Kakao muda
di lapang pada berbagai naungan buatan. Jurnal Agrisistem 2(1): 26-32.
Tjitrosomo,S.S.1985. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung
Heddy, S.1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta
Komentar
Posting Komentar