LAPORAN
PENGUJIAN KESEHATAN BENIH
PENGUJIAN BENIH
DENGAN METODE BLOTTER TEST; METODE WATER AGAR DAN GROWING ON TEST PADA KERTAS
SARING DAN TANAH STERIL; METODE PENGUJIAN KESEHATAN BENIH PDA; DAN ISOLASI
BAKTERI TERBAWA BENIH
Dosen:
Aceu
Wulandari Amalia, SP. MSi.
Fitrianingrum Kurniawati, SP. MSi.
Disusun oleh :
Kelompok
6
Anggara Dwi Pamungkas (J3G114013)
Ranten Ayu Kinanti (J3G114017)
Cherly Anastasya (J3G114020)
Moh. Miftahurrachman (J3G114028)
Hanifah Izzati P (J3G114044)
Desti Warni Telaumbanua (J3G414064)
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Salah satu
penyebab kurang maksimalnya produksi dari benih tanaman adalah penggunaan benih
tanaman yang tidak bermutu. Faktor yang menentukan kesehatan benih salah
satunya adalah ada tidaknya suatu nematoda, jamur, atau cendawan yang terbawa
oleh benih.
Kualitas benih
dalam budidaya pertanian sangat penting untuk menentukan produktifitas suatu
tanaman. Benih merupakan awal dari suatu tanaman sehingga perlu adanya benih
yang sehat dan benas dariinfeksi dan kontaminasi patogen. Kerugian dari
penyakit patogen terbawa benih adalah pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal
dan tersedianya sumber inokulum dari patogen sejak awal tumbuhan tumbuh di
lahan. Selain hal itu, kontaminasi mikroorganisme terbawa benih juga dapat
menurunya kualitas benih seperti menuurunnya Daya Berkecambah (DB), kerusakan
fisik dan warna benih, bahkan beberapa mikroorganisme tertentu tidak hanya
menurunkan kualitas benih tapi juga dapat menyebabkan tanaman yang terinfeksi menjadi
sangat beracun.
Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui kesehatan dari
suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak
mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik. Patogen yang terbawa oleh
benih dapat berupa cendawan, bakteri, virus dan nematode (ISTA, 2010).
Metode pengujian kesehatan benih yang digunakan tergantung pada jenis
benih, jenis patogen yang mungkin terbawa benih dan tujuan pengujian benih.
Penentuan metode tersebut dimaksudkan agar deteksi dan identifikasi patogen
yang terbawa benih dapat dilakukan dengan mudah dan akurat. Hal tersebut
berarti pengujian untuk pengujian suatu contoh benih dapat digunakan lebih dari
satu metode pengujian kesehatan benih.
Beberapa pengujian kesehatan tersebut adalah
pengujian kesehatan benih dengan metode water
agar. Metode ini memberikan kondisi yang lebih memadai untuk tumbuhnya
sporulasi atau gejala adanya serangan patogen. Sejumlah benih diletakkan pada
media agar didalam petri. Media yang umum digunakan adalah malt extract dan potato
dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan jasad saprofit maka benih
didisinfektan dahulu sebelum ditempatkan pada media agar. Masa inkubasi adalah
lima hari sampai tujuh hari pada suhu 20
2
. Tempat
inkubasi juga dilengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang
masing-masing 12 jam. Selain metode water agar terdapat pengujian kesehatan
lainnya seperti: growing on test pada
kertas saring dan tanah steril, pengujian kesehatan metode blotter test,
pengujian dengan metode PDA (Potato
Dextroct Agar), metode pengujian ELISA, DIBA dan masih banyak yang lain.
Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini agar mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui patogen
terbawa benih yang diuji dengan metode blotter
test, media agar dan Growing on test
pada kertas saring dan tanah steril serta metode PDA. Mahasiswa mengetahui
ciri-ciri dan warna koloni dari setiap cendwan yang ditemukan pada pengujian
kesehatan benih. Mahasiswa mengetahui cara mengisolasi bakteri pada benih padi
dan mengetahui perbedaan bakteri yang ditumbuhkan pada media NA dan YDCA
METODOLOGI KERJA
Alat
dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: mikroskop, preparat, nampan
plastik, alat tulis, kamera, petridis, bunsen, pipet tetes, saringan, selotip/wrap,
erlenlayer dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini:
benih kacang tanah (Arachis hypogaea),
benih padi (Oryza sativa), benih kacang tunggak (Vigna ungiculata), benih kacang kedelai (Glycine max), benih kacang merah (Phaseolus vulgaris), benihkacang hijau (Vigna radiata), dan benih cabai (Capsicum annum), air steril, tisu, kloroks, tanah steril, etanol,
alkohol, dan suspensi padi,.
Metode
Kerja
Blotter Test Methode
Melakukan penyemaian benih dengan cara melembabkan
lima helai kertas saring dengan cara mencelupkannya ke dalam aquades kemudian
meletakkannya dalam cawan petri. 10 – 25 Benih dilakukan sterilisasi permukaan
dengan menggunakan kloroks 1% selama 10 menit atau 5% selama 2 menit, bilas
dengan aquades. 10 – 25 benih diletakkan di atas kertas saring tersebut dengan
menggunakan pinset. Meletakkan cawan petri dalam ruangan inkubasi dengan
pengaturan penyinaran selama 12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian.
Di lakukan selama 7 hari. Setelah 7 hari diinkubasikan, maka cendawan-cendawan
yang tumbuh pada benih diamati di bawah mikroskop. Identifikasi dengan buku
kunci identifikasi atau lembar informasi yang tersedia. Gambarlah cendawan yang
ditemukan tersebut. Hitung persentase perkecambahan benih
(Benih
yang berkecambah / total benih) x 100%
Cendawan
yang ditemukan dan jumlah benih yang terinfeksi cendawan tersebut dicatat dalam
formulir hasil pengamatan.Hitung Persentase infeksi pada benih:
%
Infeksi = (Jumlah benih terinfeksi / Jumlah benih yang ditanam) x 100%
Metode
Water Agar
Langkah awal
yang dilakukan adalah mempersiapkan media agar steril dalam cawan petri steril.
Benih disterilisasi
permukaan dengan NaOCl 1% atau alkohol 70% selama 3 menit, kemudian dcuci
dengan air steril dan ditiriskan pada kertas saring steril. Pada beberapa kasus
sterilisasi permukaan tidak direkomendasikan. Benih ditanam pada media agar dalam cawan petri secara
aseptik. Benih dinkubasikan pada suhu ruang selama 4-7 hari, lakukan pengamatan
tehadap pertumbuhan mikroba yang ada pada media agar serta dilakukan identiikasi.
Metode
Growing on test
Persiapan media untuk growing
on test (kertas hisap atau tanah steril). Permukaan benih disterilisasi dengan NaOCl 1% dan alkohol 70% selama 3 menit, kemudian dicuci dengan air steril dan ditiriskan pada kertas saring
steril. Pada beberapa kasus sterilisasi
permukaan tidak direkomendasikan. Benih ditanam pada kertas gulung atau tanah steril.
Benih dinkubaskan
ruang inkubasi selama 1 minggu atau lebih, lakukan pengamatan terhadap gejala
penyakit yang muncul.
Metode PDA
(Potato Dextrose Agar)
Ada 2 kegiatan yang dilakukan pada
praktikum Pengujian Lokasi Patogen Terbawa Benih, yang pertama adalah
mensterilisasi benih dan kegiatan yang kedua adalah menanam bagian benih kacang
tanah pada media agar dengan kondisi aseptik.
a.
Sterilisasi
Benih
Pada kegiatan sterilisasi ini, benih
kacang tanah pertama-tama dicuci dengan menggunakan air steril, setelah itu
benih direndam di dalam larutan klorox 1% selama 1 menit. Benih dipindahkan dan
direndam ke dalam larutan etanol 1% selama 1 menit. Fungsi dari penggunaan
klorox 1% dan etanol 1% adalah sebagai bahan sterilisasi yang akan mencegah
adanya kontaminasi dari lingkungan kultur pada saat proses penanaman. Kemudian pindahkan untuk direndam ke dalam
wadah berisi air steril selama 30 menit. Keringkan dengan cara disaring pada
balutan tisu kering yang bersih sampai tidak ada air yang menetes.
b.
Penanaman
Benih Pada Media Agar
Sebelum memulai penanaman benih, meja
yang akan dijadikan tempat untuk menanam harus disterilisasi terlebih dahulu
dengan menyemprotkan alkohol 70% pada seluruh permukaan meja, setelah itu meja
dilap bersih dengan menggunakan tisu. Berbagai peralatan yang akan digunakan
dalam proses penanaman harus disiapkan terlebih dahulu. Bunsen yang akan
digunakan sebagai alat sterilisasi juga harus dalam kondisi menyala. Bunsen
harus tetap dinyalakan walaupun proses penanaman belum dilakukan. Tujuannya
adalah untuk mematikan mikroorganisme yang hidup di sekitar tempat penanaman,
baik virus dan spora cendawan yang terbawa udara, spora cendawan yang menempel
pada permukaan meja, ataupun bakteri yang menempel pada permukaan meja kultur. Langkah
selanjutnya adalah melakukan penanaman bagian-bagian benih. Seluruh rangkaian
proses penanaman harus dilakukan didekat api dan dilakukan dengan hati-hati. Pertama
dalam proses penanaman ini, memisahkan kulit ari dari benih. Kemudian kotiledon
benih yang sudah terlepas dari kulit dibelah pada porosnya dan kemudian
mengambil bagian embrio benih. Komponen benih yang akan ditanam terdiri dari 5
kulit benih, 5 kotiledon, dan 5 embrio
benih kacang tanah. Setiap komponen benih ditanam pada wadah media agar yang
berbeda. Posisi masing-masing individu komponen ditanam dengan memberi sedikit
jarak. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing individu komponen benih tidak
saling menumpuk. Setelah masing-masing 5
komponen benih selesai masukan ke dalam media tanam (petridisk berisi media
agar), wadah petridisk ditutup dan direkatkan dengan menggunakan plastik wrap. Setelah semua komponen selesai
ditanam dan ditutup rapat, masing-masing wadah tanam diberikan label sesuai
dengan identitas dan didokumentasikan dengan menggunakan kamera.
Metode
Pengujian Isolasi Terbawa Benih
Persiapan alat
dan bahan. Masukkan 400 biji benih padi bersama air sebanyak 100 ml kedalam
erlenlayer. Mengocok benih yang berada dalam erlelayer selama 2 jam. Menyaring
benih yang telah dikocok. Memasukkan air hasil saringan pada padi sebanyak 2 ml ke tabung ukur dengan
menggunakan pipet tetes. Tambahkan
kedalamnya air sebanyak 8 ml dan aduk. Pipet kembali bahan yang sudah
terlarut ke dalam tabung ukur sebanyak 2 ml dan tambahkan air steril sebanyak 8
ml, aduk. Lakukan pengulangan yang sama hingga mendapatkan 6 ulangan. Sebar
bakteri kedalam media NA dan YDCA dengan menggunakan batang penyebar. Inkubasi
bakteri selama 1-2 hari. Lakukan pengamatan terhadap perubahan bakteri.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Teknik
aseptik adalah teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi selama
membuat dan mensterilkan medium kultur. Penguasaan teknik ini diperlukan dalam
keberhasilan penanaman kultur jaringan. Terutama pada alat dan bahan seperti
media yang akan digunakan pada
penanaman. Media yang aseptik adalah salah satu faktor berhasilnya dalam
pengkulturan jaringan tanaman. Media yang tidak aseptic adalah salah satu
penyebab awal mulanya berkembang cendawan ataupun bakteri.
Metode
Water Agar
Metode media
agar (Water agar) merupakan salah satu metode pengujian kesehatan benih yang
dilakukan pada media agar. Sedangkan metode growing on test adalah pengujian
kesehatan benih yang dilakukan dengan menggulung kertas yang telah ditanam
dengan benih. Kedua metode ini memiliki prinsip kerja yang hampir sama, salah
satunya yaitu sama-sama memberikan kondisi patogen terbawa benih
dengan kondisi yang cukup nutrisi. Kondisi ini diberikan untuk merangsang
munculnya cendawan dan bakteri yang ada pada benih. Pada media agar (water
agar) nutrisi diberikan melalui agar. Agar merupakan bahan pemadat yang paling
banyak digunakan. Keuntungan memakai agar-agar adalah: agar-agar dapat membeku
pada suhu 45
dan mencair pada suhu 100
,
sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku
yang stabil, agar-agar tidak dicerna oleh enzyme tanaman, dan agar-agar tidak
bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan penyusun media (Livy, 1988). Dalam
analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsure Ca, Mg,
K, dan Na (Debergh, 1982). Berikut adalah tabel hasil pengamatan mikroskopis
yang dilakukan dibawah mikroskop. Tabel ini didapat dari hasil pengujian
kesehatan benih dengan metode media agar dan growing on test.
Table 1. Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Water
Agar
Kel
|
Benih
|
|
% Perkecambahan
|
∑ Terinfeksi
|
%
Infeksi
|
Warna
koloni
|
Gambar
|
Genus
|
1
|
Cabai (Capsicum annum)
|
1
|
20
|
2
|
40
|
Hijau dan Putih
|
|
Rhizhopus sp.
|
2
|
Kedelai (Glycine
max) *
|
5
|
100
|
1
|
20
|
Abu-abu dan Hijau
|
Rhizopus
sp.
|
Rhizhopus sp. dan Aspergillus sp.
|
3
|
K.Tunggak (Vigna unguiculata)
|
5
|
100
|
5
|
100
|
Hitam dan Hijau
|
Mucor
sp.
Aspergillus
sp.
|
Mucor sp. dan Aspergillus
sp.
|
4
|
K. Hijau (Vigna radiata)
|
4
|
80
|
2
|
|
Hitam
|
|
Mucor sp.
|
5
|
K. Merah (Phaseolus
vulgaris)
|
3
|
40
|
3
|
60
|
Abu Kehitaman
|
|
Curvularia sp.
|
6
|
K.Tanah (Arachis
hypogaea)
|
5
|
100
|
2
|
40
|
Hitam
|
|
Mucor sp.
|
7
|
K. Hijau (Vigna
radiata)
|
5
|
100
|
2
|
40
|
Hijau Kecoklatan
|
|
Aspergillus sp.
|
*kelompok dua menggunakan preparat
kelompok 1.
Pada percobaan menggunakan metode
water agar kali ini ditemukan beberapa cendawan, diantaranya: Curvularia sp. pada kacang merah, Mucor sp. pada kacang tanah dan kacang
tunggak serata Aspergillus sp. pada
kacang tunggak, kacang hijau, dan kacang kedelai.
Menurut Dharmaputra dan Retnowati
(1995), pada biji kedelai, kacang tanah dan kacang hijau dari pengecer di Bogor
dan Cipanas ditemukan jamur-jamur sebagai berikut: Aspergillus flavus, A. niger,
A. tamari, A. wentii, Eurotium amstelodami, E. chevalieri, E. repens, E.
rubrum, Fusarium semitectum, Penicilium citrinum, Syncepha lastrum sp.
Pada bunkil kedelai, baik yang
dihasilkan didalam benih maupun yang diimpor, terdapat 23 spesies jamur,
diantaranya yang selalu terdapat adalah Aspergillus
candidus, A. flavus, dan Eurotium
repens (Dharmapurtra et al., 1997).
Menurut Andini (2012) Curvularia sp. memiliki
karakteristik makroskopis berupa koloni berwarna coklat kehitaman, permukaan
koloni seperti beludru atau kapas, miselium teratur, pertumbuhan koloni rata
dan tebal sementara tepi koloni tidak rata dan berwarna putih kecoklatan.
Berdasarkan pengamatan makroskopis berupa koloni berwarna coklat kehitaman,
permukaan koloni seperti beludru atau kapas, miselium teratur, pertumbuhan
koloni rata dan tebal sementara tepi koloni tidak rata dan berwarna putih
kecoklatan. Menurut Semangun (2007) Siklus hidup Curvularia
sp. terutama disebarkan dengan konidiumnya, baik karena terbawa angin
maupun karena percikan air hujan dan air siraman, dan juga oleh serangga.
Mucor sp. memiliki
karakteristik mikroskopis dengan hifa nonseptat, sporangiofora
tumbuh pada seluruh bagian miselium, bentuknya sederhana atau bercabang,
kolumela berbentuk bulat. Sedangkan karakteristik makroskopis dari Mucor sp. memiliki koloni bewarna hitam,
permukaan koloni seperti jarum, pertumbuhan koloni rata.
Mucor sp. termasuk kedalam subdivisi Zygomycotina. Semangun (1996)
mengatakan bahwa, subdivisi Zygomycotina
mempunyai satu kelas, yaitu Zygomycetes, yang meliputi bangsa Mucorales. Pada
umumnya angota-angota bangsa Mucorales dianggap sebagai saprofit. Memang untuk tumbuhan-tumbuhan
hidup jamur-jamur ini kurang berarti. Tetapi marga dari Mucorales, seperti Mucor dan Rhizopus adalah kapang yang memegang peran penting sebagai perusak
hasil-hasil pertanian selama diangkut atau disimpan.
Dalam
metode WA (Water Agar) inokulum yang terbawa benih dideteksi berdasarkan
karakteristik koloni pada media agar yang berkembang dari benih. Kelebihan
menggunakan media agar, yaitu memberikan informasi relatif lebih cepat dan
cukup menggambarkan status kesehatan benih dibandingkan dengan metode kertas.
Kelebihan ini karena ketersediaan nutrisi pada media agar memungkinkan cendawan
untuk tumbuh dan berkembang lebih baik dan lebih cepat dibanding media lain.
Sehingga, metode ini memudahkan dalam peneliti untuk melakukan pengamatan. Pada
umumnya cendawan akan membentuk koloni yang khas pada media agar.
Metode Growing
on Test pada Kertas Saring dan Tanah Steril
Pengujian
kesehatan benih dengan metode growing on test pada kertas saring dan tanah
steril dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri, cendawan ataupun
virus yang terbawa benih. Pengujian dengan cara ini dilakukan dengan menyemai
benih pada media. Tanaman harus dilindungi dari infeksi luar yang tidak
diharapkan dan menjaga kondisi lingkungan (Widajati.E, 2012)
Table 2. Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Growing
on Test
Kel
|
|
% Perkecambahan
|
∑ Terinfeksi
|
%
Infeksi
|
Warna
koloni
|
Gambar
|
Genus
|
1
|
5
|
10
|
3
|
6
|
Putih dan Hitam
|
Mucor sp.
Penicilium sp.
|
Penicilium sp. dan Mucor sp.
|
2
|
8
|
16
|
1
|
2
|
Abu-abu
|
|
Rhizopus sp.
|
3
|
15
|
30
|
12
|
24
|
Hitam
|
|
Mucor sp.
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Aspergilus sp.
|
5
|
12
|
24
|
4
|
8
|
Hitam
|
|
Rhizopus sp.
|
6
|
11
|
22
|
4
|
8
|
Hitam, Hijau dan Putih
|
Mucor sp.
Aspergilus sp.
|
Mucor sp., Aspergilus
sp.
|
7
|
11
|
22
|
27
|
54
|
Hitam
|
|
Mucor sp,
|
Tabel di atas menunjukkan
bahwa setiap benih ditumbuhi oleh cendawan yang berbeda-beda. Cendawan yang tumbuh di media kertas saring tidak sama dengan media tanah steril, begitu pula
sebaliknya.
Pada percobaan terhadap pengujian
kesehatan benih padi dengan menggunakan metode growing on test media kertas saring didapat beberapa cendawan,
diantaranya: Mucor sp., Aspergillus sp., Rhizopus sp. dan Penicilium
sp. Masing-masing cendawan tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Aspergillus sp. mempunyai hifa berseptat dan miselium bercabang, pada ujung hifa
muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada
sterigma muncul konidium–konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian
mutiara, konidium–konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang
memberi warna tertentu pada jamur.
Penicilium sp. memilki cirri-ciri spesifik
berhifa septat, miselium bercabang, biasanya tidak bewarna. Konidia septat
muncul di permukaan, berasal dari hifa di bawah permukaan. Konidia muda bewarna hijau kemudian berubah menjadi kebiruan atau
kecokelatan.
Table 3. Persentasi daya berkecambah dan
infeksi GOT tanah steril
Kel
|
Benih
|
∑ Berkecambah
|
% Perkecambahan
|
∑ Terinfeksi
|
%Infeksi
|
1
|
Cabai
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Kedelai
|
0
|
0
|
15
|
60
|
3
|
Kacang hijau
|
25
|
100
|
0
|
0
|
4
|
Kacang merah
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
Kacang tunggak
|
20
|
80
|
5
|
20
|
6
|
Kacang tanah
|
22
|
88
|
3
|
12
|
7
|
Kacang hijau
|
|
|
|
|
Table 4. Cendawan pada kedelai GOT tanah
steril
Kel
|
Gambar
|
Genus
|
1
|
Tidak menemukan
|
Tidak menemukan
|
2
|
|
Rhizopus sp.
|
3
|
|
Rhizopus sp.
|
4
|
|
Tidak teridentifikasi
|
5
|
|
Rhizopus sp.
|
6
|
|
Helminthosporium sp.
|
7
|
Tidak menemukan
|
Tidak menemukan
|
Pada percobaan praktikum metode GOT
tanah steril kali ini, benih yang paling banyak terkena infeksi adalah pada
benih kedelai sebesar 60%, sehingga pada pengamatan mikroskopis digunakan
preparat kedelai. Diduga tanaman selain kedelai terkena virus. Misalnya pada
kelompok enam pada tanaman kacang tanah.
Kacang tanah yang ditumbuhkan pada
tanah steril tumbuh dengan baik. Persentasi daya perkecambahan mencapai 88%.
Namun pada tanaman ini tidak ditemukan adanya gelaja muncul cendawan, melainkan
adanya virus. Gejala yang terlihat yaitu daun menguning dan mengeriput, tetapi
tidak layu (Lihar gambar 1).
Gambar 1
Cendawan yang ditemukan pada
percobaan GOT tanah steril ini meliputi: Rhizopus sp.dan Helminthosporium
sp.. Rhizopus sp. memiliki ciri-ciri
hifa tidak bersekat hidup sebagai saprotrop, yaitu dengan menguraikan senyawa
organic, terdiri dari benang-benang yang bercabang dan berjalinan membentuk
miselium, koloninya berwarna putih dan berangsur-angsur bewarna abu-abu, dan
memiliki stolon (Lihat gambar 2). Helminthosporium sp. memiliki ciri-ciri mempunyai konidiofor tegak
dan kuat, bewarna cokelat, konidiun seperti kumparan atau seperti gada panjang,
sering agak bengkok dan bersekat (Lihat gambar 3).
Gambar
2 Gambar
3
Metode PDA
Table 5. Hasil pengujian metode PDA
Kel
|
Lokasi
patogen
|
Warna
koloni
|
Gambar
|
Genus
|
1
|
Kulit
|
Hitam
|
Nigrospora sp.
|
Nigrospora
sp.
|
|
Kotiledon
|
Kecokelatan
|
Aspergillus sp.
|
Aspergillus
sp.
|
|
Embrio
|
Kecokelatan
|
Aspergillus sp.
|
Aspergillus
sp.
|
2
|
Kulit
|
Hitam
|
Aspergillus sp.
|
Aspergillus
sp.
|
|
Kotiledon
|
Hitam
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp.
|
|
Embrio
|
Hitam
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp.
|
3
|
Kulit
|
Hitam dan putih
|
Penicilium sp
|
Mucor
sp. dan Penicilium sp.
|
|
Kotiledon
|
Hitam dan hijau
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp. dan Aspergillus
sp.
|
|
Embrio
|
Hitam
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp.
|
4
|
Kulit
|
Hitam dan hijau
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp. dan Aspergillus sp.
|
|
Kotiledon
|
-
|
|
|
|
Embrio
|
Hitam
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp.
|
5
|
Kulit
|
Hitam dan abu-abu
|
Mucor sp.
Rhizopus sp
|
Mucor
sp.dan Rhizopus sp.
|
|
Kotiledon
|
Hitam, putih dan
hijau
|
Aspergillus sp.
Mucor sp.
Rhizoctonia sp.
|
Mucor
sp., Rhizoctonia sp. dan Aspergillus
sp.
|
|
Embrio
|
Hitam
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp.
|
6
|
Kulit
|
Hijau dan abu-abu
|
Aspergillus sp
Nigrospora sp.
Rhizopus sp.
|
Aspergillus
sp., Nigrospora sp. dan Rhizopus sp.
|
|
Kotiledon
|
Cokelat
|
Yeast
|
Yeast
|
|
Embrio
|
Hitam
|
Mucor sp.
|
Mucor
sp.
|
7
|
Kulit
|
Hitam
|
Mucor sp
|
Mucor
sp.
|
|
Kotiledon
|
Hijau
|
Aspergillus sp.
|
Aspergillus
sp.
|
|
Embrio
|
Hijau
|
Aspergillus sp.
|
Aspergillus
sp.
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa
setiap bagian-bagian benih memiliki patogen yang berbeda-beda. Pada kulit
kacang tanah : tiga kelompok menemukan
Aspergillus sp., dua kelompok menemukan Nigrospora
sp., dua kelompok menenukan Rhizopus
sp., empat kelompok menemukan Mucor
sp., dan satu kelompok menemukan Penicilium sp.Pada Kotiledon kacang
tanah: empat kelompok menemukan Aspergillus sp., dua kelompok menemukan Mucor sp., satu kelompok menemukan Yeast, dan satu kelompok menemukan Rhizoctonia
sp. Sedangkan pada embrio kacang tanah: lima kelompok menemukan Mucor sp. dan dua kelompok menemukan Aspergillus sp.
Kulit merupakan bagian terluar dari
benih sehingga cendawan terbanyak ditemukan pada kulit. Menurut Dharmaputra dan Retnowati (1995),
pada biji kacang tanah dari pengecer di Bogor dan Cipanas yang disimpan oleh
petani ditemukan jamur-jamur sebagai berikut: Aspergillus flavus, A. niger,
A. tamari, A. wentii, Botryodiplodia theobromae, Cladosporium cladosporioides, Eurotium
amstelodami, E. chevalieri, E. repens, E. rubrum, Fusarium semitectum, Mucor
circinelloides, Papulaspora sp., Pestalotia sp., Penicilium citrinum, Syncepha
lastrum sp.
JAMUR YANG TERBAWA BENIH.__ Menurut
Sutakaria (1975, 1987) benih kacang dapat membawa jamur-jamur berikut: Curvularia geniculata, C.inaequelis,
C.lunata, C.pallescens, Fusarium semicatum, F.equiseti, Nigrospora oryzae,
Pestalotia leprogena, Phoma sp., dan Phaeotrichoconis
crotalariae.
Menurut Semangun (1996) marga Penicilium memiliki
konidiofor yang ujungnya bercabang-cabang seperti sapu. Pada umumnya bersifat
saprofit dan merusak hasil-hasil pertanian dalam simpanan. Rhizoctonia mempunyai scelotium bewarna cokelat, tidak berkulit, bentuknya tidak
teratur, pipih, biasanya terletak pada pemukaan tumbuhan inang dan dihubungkan
oleh benang-benang miselium bewarna cokelat. Biasanya jamur menyerang tumbuhan
yang masih muda, menyebabkan penyakit rebah semai, biasanya menyerang padi,
kacang hijau, kacang panjang, jeruk, mangga, dan kina.
Metode
Pengujian Blotter Test
Metode blotter test dapat mengidentifikasi
patogen cendawan dengan cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman menunjukkan
karakteristik seperti bentuk dan bentuk spesifik dari konidiospora dan
sebagainya. Berikut adalah tabel hasil pengamatan pengujian blotter test:
Table
6. Hasil persentasi DB dan infeksi pengujian blotter test
Benih
|
∑ Kecambah
|
|
% DB
|
|
∑ Infeksi
|
|
% Infeksi
|
|
||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
X
|
A
|
B
|
C
|
D
|
X
|
A
|
B
|
C
|
D
|
X
|
A
|
B
|
C
|
D
|
X
|
|
Kacanghijau
|
0
|
10
|
10
|
-
|
10
|
0
|
100
|
100
|
-
|
100
|
0
|
4
|
8
|
-
|
6
|
0
|
40
|
80
|
-
|
60
|
Kacangmerah
|
0
|
0
|
10
|
0
|
10
|
0
|
0
|
100
|
0
|
100
|
8
|
9
|
8
|
10
|
8,75
|
80
|
90
|
80
|
100
|
87,5
|
Kacangtunggak
|
0
|
6
|
7
|
3
|
5,3
|
0
|
60
|
70
|
30
|
53
|
0
|
7
|
5
|
4
|
5,33
|
0
|
70
|
50
|
40
|
53,3
|
Kacangtanah
|
3
|
3
|
8
|
-
|
4,6
|
30
|
30
|
80
|
-
|
46
|
4
|
-
|
7
|
-
|
6
|
40
|
-
|
70
|
-
|
60
|
Cabai
|
0
|
0
|
2
|
0
|
2
|
0
|
0
|
20
|
0
|
20
|
0
|
-
|
7
|
7
|
7
|
0
|
-
|
70
|
70
|
70
|
Kedelai
|
4
|
8
|
-
|
-
|
6
|
40
|
80
|
-
|
-
|
60
|
5
|
10
|
-
|
-
|
7,5
|
50
|
100
|
-
|
-
|
75
|
Keterangan: Kelompok 1 dan 7
Kelompok 2 dan 3
Kelompok 4 dan 5
Kelompok 6
Rata-rata
Table 7. Data mikroskopis kelas
Komoditi
|
Gambar
|
Nama Petogen
|
Kacang Hijau
|
Kel.4
|
Mucor sp.
|
Kacang Merah
|
Kel. 6
Kel 5
|
Aspergillus
sp. dan Pyricularia sp.
|
Kacang Tunggak
|
Kel. 6
|
Belum teridentifikasi
|
Kacang Tanah
|
Kel. 5
|
Aspergillus
sp
|
Cabai
|
Kel. 6
|
Belum teridentifikasi
|
Kedelai
|
Kel. 1
|
Fusarium sp
|
Dari tabel
diatas menunjukkan bahwa diantara kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai,
kacang merah, kacang tunggak dan cabai yang memiliki daya berkecambah paling
tinggi adalah pada kacang tunggak sebesar 30%, sedangkan jenis tanaman yang paling banyak terinfeksi cendawan adalah
pada kacang merah sebesar 87,5 %. Hal ini membuktikan bahwa kacang panjang
mudah terserang oleh cendawan
Cendawan yang yang ditemukan
biji-biji di atas berbeda-beda. Pada kacang hijau ditemukan Mucor sp., pada kacang merah ditemukan Aspergillus sp. dan Pyricularia sp., pada kacang tunggak ditemukan cendawan tetapi
belum terdefinisi. Pada kacang tanah ditemukan Aspergillus sp., pada cabai ditemukan cendawan tetapi tidak
diketahui identitas cendawan tersebut dan pada kacang kedelai ditemukan Fusarium sp.
Menurut
Semangun (1996), marga Aspergillus mempunyai
konidiofor panjang tidak bercabang, ujungnya membengkak, dengan fialid dan
fialospora yang memancar dari seluruh permukaan. Fusarium memiliki konidium yang berbentuk sabit atau berbentuk
kaitadenagn ujung runcing. Pyricularia
memiliki konidiofor, konidiumnya mempunyai ujung yang runcing.
Metode Pengujian dengan Isolasi Bakteri
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu
media yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan
senyawa-senyawa kimia. Nutrient Agar mengandung nitrogen dalam jumlah cukup
yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan
mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. Nutrient Agar
memiliki komposisi yang terdiri dari 3 g daging sapi, 5 g peptone, dan 15 g
agar. Formula ini tergolong relative simple untuk menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme. Isolasi adalah pengambilan
mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium
buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang bersar dari campuran macam-macam mikroba (Thomas, 2011).
Yeast Dextrise Carbonate
Agar (YDCA) merupakan media semi selektif untuk pertumbuhan bakteri Xantomonas
sp. dsn mrnjsdi uji untu membedakan Xanthomonas sp. dengan Xylopphilus sp.
Bakteri uji digoreskan pada media YDCA yang kemudian diinkubasi selama 48 jam
pada suhu 33
. Reaksi positif ditunjukkan dengan munculnya koloni bakteri
bewarna kuning pada media (Suseno, 2008)
Table 8. Hasil pengamatan isolasi bakteri
Kel
|
Jumlah
Bakteri
|
Gambar
|
|
Media
NA
|
Media
YDCA
|
||
1
|
TBUD
|
TBUD
|
|
2
|
TBUD
|
TBUD
|
|
3
|
TBUD
|
TBUD
|
|
4
|
19
|
TSUD
(1)
|
|
5
|
TBUD
|
TSUD
(2)
|
|
6
|
TSUD
(4)
|
14
|
|
7
|
TSUD
(3)
|
TSUD
(9)
|
|
Keterangan: Terlalu besar untuk dihitung (TBUD)
Terlalu
sedikit untuk dihitung (TSUD)
Pada percobaan
praktikum isolasi bakteri kali ini, bakteri yang diencerkan sebanyak 7 ulangan.
Ulangan pertama merupakan suspensi bakteri yang belum diencerkan. Ulangan ke
tujuh merupakan suspensi bakteri yang sudah diencerkan sebanyak enam kali
pengenceran. Seperti yang terlihat pada tabel di atas (Tabel 6) dari ulangan 1
hingga ulangan 7 bakteri yang paling banyak adalah bakteri yang belum banyak
dilakukan pengenceran. Semakin banyak suspensi diencerkan maka semakin sedikit
bakteri yang muncul di media.
Jika
dibandingkan dengan media yang digunakan bakteri yang paling banyak terlihat
adalah bakteri yang ditumbuhkan pada media nutrient agar. Karena media Nutrient
Agar memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Koloni yang
dihasil oleh kedua bakteri berbeda-beda. Pada media NA, koloni bakteri bewarna
putih sedangkan pada media YDCA koloni bewarna kuning.
PENUTUP
Kesimpulan
Metode
Water Agar
Adapun kesimpulan dari pengujian
kesehatan benih menggunakan metode Water
Agar adalah sebagai berikut yaitu: benih
yang paling terinfeksi paling besar adalah pada benih kacang tunggak yaitu
mencapai 100%. Pada metode pengujian kesehatan ini ditemukan cendawan, diantaranya: Curvularia
sp. pada kacang merah, Mucor sp.
pada kacang tanah dan kacang tunggak serata Aspergillus
sp. pada kacang tunggak, kacang hijau, dan kacang kedelai.
Metode Growing
on Test pada Kertas Saring dan Tanah Steril
Kesimpulan dari metode pengujian
kesehatan benih ini adalah: Persentase infeksi yang paling besar pada GOT
kertas saring padi adalah sebesar 54% sedangkan pada GOT tanah sterile adalah
60% pada kedelai sehingga pada pengamatan mikroskopis
digunakan preparat ini. Cendawan
yang ditemukan pada percobaan GOT kertas saring pada padi yaitu: Mucor sp., Aspergillus sp., Rhizopus sp. dan Penicilium sp.
Cendawan yang ditemukan pada percobaan GOT tanah steril ini meliputi: Rhizopus sp.dan Helminthosporium sp.
Metode PDA
Kesimpulan dari metode pengujian kesehatan benih ini adalah: Pada kulit kacang tanah : tiga
kelompok menemukan Aspergillus sp., dua
kelompok menemukan Nigrospora sp.,
dua kelompok menenukan Rhizopus sp., empat
kelompok menemukan Mucor sp., dan satu kelompok menemukan Penicilium sp.Pada Kotiledon kacang
tanah: empat kelompok menemukan Aspergillus sp., dua kelompok menemukan Mucor sp., satu kelompok menemukan Yeast, dan satu kelompok menemukan Rhizoctonia
sp. Sedangkan pada embrio kacang tanah: lima kelompok menemukan Mucor sp. dan dua kelompok menemukan Aspergillus sp. Kulit merupakan bagian
terluar dari benih sehingga cendawan terbanyak ditemukan pada kulit. Cendawan yang paling banyak menginfeksi
embrio adalah Mucor sp.
Metode Pengujian dengan Isolasi Bakteri
Adapun kesimpulan dari pengujian
kesehatan benih menggunakan metode ini adalah: bakteri
yang paling banyak adalah bakteri yang belum banyak dilakukan pengenceran yaitu
pada pengenceran 1, 2, dan 3. Media yang paling banyak terlihat bakteri adalah bakteri yang ditumbuhkan pada
media nutrient agar. Media NA, koloni bakteri bewarna putih sedangkan pada
media YDCA koloni bewarna kuning.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan, Livy Winata. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Bioteknologi Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hanif,
Andini. 2012. Pemanfaatan bakteri kitonilitik dalam menghambat pertumbuhan Curvularia
sp. Penyebab penyakit bercak daun pada tanaman mentimun. Sumatera Utara. [Journal].
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/sbiologi/article/view/1012.
Diakses tanggal 10 Oktober 2015.
Semangun, Haryono. 1990. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
________, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
________,
H. 2007. Penyakit-Penyakit
Tanaman Hortikultira di Indonesia. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
Sutakaria, J. (1975). Cendawan yang terbawa oleh benih kedele,
jagung, sorgum dan kacang hijau. Kongr.
Nasr. III PFI, Cibogo, Bogor, Febr. 1975, 6 p.
Suseno, D. 2008. Berbagai Mikroorganisme Rizosfer pada
Tanaman Pepaya. Institu Pertanian Bogor. Bogor. [Deskripsi]. http://repository.ipb.ac.id>bitsream.html. Diakses tanggal 30 Oktober
2015.
Thomas, M.
Mardiah. Mustafa. Abdi Santoso. 2011. Teknik Isolasi dan Kultur. Laboratorium
Terpadu Program Magister Biomedik Universitas Sumatera Utara. Medan. [Journal] http://repository.usu.ac.id>bitstream.html.
Diakses tanggal 29 Oktober 2015.
Widajati, Eny. Murniati, Endang. Palupi
Endah R. Kartika, Tatiek. Suhartanto MR. Qodir Abdul. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press. Bogor.
Wah disimpen ternyata
BalasHapus