LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
PENGANTAR
FISIOLOGI TANAMAN
TRANSPORT XYLEM
Disusun
oleh:
Kelompok
4 Praktikum 1
Ega
Putri Supani J3G114039
Aulia
Rahma
J3G114042
Hanifah
Izzati P J3G114044
M.
Agi Iqbal
J3G114048
Muhammad
Alqamah J3G114052
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2015
LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
PENGANTAR
FISIOLOGI TANAMAN
TRANSPORT XYLEM
Disusun
oleh:
Kelompok
4 Praktikum 1
Ega
Putri Supani J3G114039
Aulia
Rahma
J3G114042
Hanifah
Izzati P J3G114044
M.
Agi Iqbal
J3G114048
Muhammad
Alqamah J3G114052
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Transportasi
tanaman adalah pemindahan hasil asimilasi (terutama fotosintesis) dari daerah
sumber (source) ke daerah pemanfaatan (sink) terjadinya melalui pembuluh tapis
(floem). Jaringan pengangkut atau transportai terdiri atas xylem (pembuluh
kayu) dan floem (pembuluh tapis). Xylem merupakan jaringan kompleks karena
tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid
dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang
berfungssi sebagai penyokong. Xylem juga tersusun atas serabut, sklerenkim,
serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam berbagai kegiatan
metabolisme sel. Xylem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanh ke
daun, sedangkan floem berfungsi sebagai pengedar hasil fotosintesis dari daun
keseluruh bagian tumbuhan. Di dalam
xilem, air dan mineral yang mengendap di dalamnya akan bergerak ke atas dalam
elemen pembuluh dan trakeid. Kemudian air dan mineral akan didistribusikan ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan, misalnya pada daun. Potensi air di atmosfer
umunya lebih rendah daripada potensi air dalam tanah. Perbedaan potensi air ini
menimbulkan daya dorong terhadap translokasi air dari larutan tanah, melewati
tanaman ke atmosfer.Penyerapan air berkaitan dengan metabolisme dan faktor lain
yang berpengaruh pada metabolisme sebagai pengaruh tidak langsung.
Pembuluh kayu
atau xilem (dari xylem,
dari bahasa
Yunani
kuna ξυλον / Lat.xylon, yang berarti
"kayu") merupakan salah satu dari dua kelompok utama jaringan
pembuluh yang dimiliki oleh tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Pembuluh kayu
berfungsi menyalurkan zat bahan fotosintesis dari akar ke daun. Pembuluh kayu merupakan saluran utama
bagi transportasi air beserta semua
substansi yang terlarut di dalamnya dari akar (dan juga bagian tubuh tumbuhan lain
yang menyerap air) menuju bagian lain tumbuhan, terutama daun. Kayu dibentuk terutama dari kumpulan
pembuluh kayu.
Pergerakan air
pada xilem bersifat pasif karena xilem tersusun dari sel-sel mati yang mengayu
(mengalami lignifikasi), sehingga
xilem tidak berperan dalam proses ini. Faktor penggerak utama adalah transpirasi. Faktor
pembantu lainnya adalah tekanan akar akibat
perbedaan potensial air di dalam jaringan akar dengan di
ruang tanah sekitar perakaran. Gaya kapilaritas hanya membantu
mendorong air mencapai ketinggian tertentu, tetapi tidak membantu pergerakan.
Sel-sel xilem
memiliki beberapa tipe, yaitu trakea
(tidak dimiliki oleh tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji terbuka), trakeida, dan serabut
trakeida. Sel-sel xilem tidak memiliki protoplasma. Pada sistem
pembuluh kayu ditemukan pula parenkima kayu, yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara pembuluh dan membantu melekatkan pembuluh-pembuluh tersebut.
a. Penyerapan
Air dan Mineral oleh Akar
Rambut akar, mikorhiza, dan luas permukaan sel-sel kortikal
yang sangat besar meningkatkan penyerapan air dan mineral. Rambut akar adalah
jalur terpenting dalam penyerapan di dekat ujung akar, akan tetapi mikorhiza,
yaitu asosiasi simbiotik fungi dan akar, bertanggung jawab atas sebagian besar
penyerapan oleh keseluruhan sistem akar. Saat larutan tanah memasuki akar, maka
luas permukaan membran sel korteks yang begitu besar meningkatkan pengambilan
air dan mineral tertentu ke dalam sel.
Endodermis berfungsi sebagai penjaga gerbang yang selektif
antara korteks akar dan jaringan pembuluh. Air dapat menembus korteks melalui
simplas atau apoplas, akan tetapi mineral yang mencapai mesoderm melalui
apoplas akhirnya harus melewati membran selektif pada sel-sel endodermal. Pita
Kaspari yang berlilin pada dinding endodermal menghambat transfer apoplas
mineral dari korteks ke stele.
b. Tanspor
Getah Xilem
Naiknya getah xilem sebagian besar tergantung pada
transpirasi dan sifat-sifat fisik air. Kehilangan uap air (transpirasi) akan
menurunkan potensial air pada daun dengan cara menghasilkan suatu tekanan
negatif (tegangan). Potensial air yang rendah ini akan menarik air dari xilem.
Kohesi dan adhesi air merambatkan gaya tarik ke seluruh sistem hingga menuju ke
akar. Getah xilem naik melalui aliran massal yang digerakkan oleh tenaga surya.
Pergerakan cairan xilem melawan gravitasi dipertahankan melalui transpirasi.
c. Kontrol
Transpirasi
Sel-sel penjaga bertindak sebagai penengah pada kompromi
antara fotosintesis dan transpirasi. Stomata mendukung fotosintesis dengan cara
memudahkan pertukaran CO2 dan O2 antara daun dan atmosfir, akan tetapi pori ini
juga menjadi jalan utama hilangnya air melalui transpirasi pada tumbuhan.
Perubahan turgor dalam sel penjaga berguna untuk mengatur ukuran pembukaan
stomata, yang dipengaruhi oleh transport K+ dan air ke dalam dan keluar sel.
Xerofit memiliki adaptasi yang mengurangi transpirasi. Letak stomata yang terlindung di dalam perlekukan daun dan struktur adaptasi lainnya memungkinkan tumbuhan tertentu bertahan hidup di dalam lingkungan kering.
Xerofit memiliki adaptasi yang mengurangi transpirasi. Letak stomata yang terlindung di dalam perlekukan daun dan struktur adaptasi lainnya memungkinkan tumbuhan tertentu bertahan hidup di dalam lingkungan kering.
d. Translokasi
Getah Floem
Floem mentranslokasikan getahnya
dari sumber gula ke sugar sink. Daun dewasa adalah sumber utama, meskipun organ
penyimpanan seperti umbi dapat berfungsi sebagai sumber selama musim tertentu.
Ujung akar dan tunas yang sedang berkembang adalah contoh sugar sink. Pengisian
dan pembongkaran floem bergantung pada transpor aktif sukrosa. Sukrosa diangkut
bersama dengan H+, yang berdifusi menuruni suatu gradien yang dibentuk oleh
pompa proton. Aliran tekanan adalah mekanisme translokasi pada angiospermae.
Pengisian gula pada ujung sumber suatu pembuluh tapis dan pembongkaran pada
ujung pembuangan merupakan upaya untuk mempertahankan suatu perbedaan tekanan
yang menjaga agar getah dapat mengalir melalui pembuluh tersebut.
Tujuan praktikum
ini adalah mempelajari transport xylem dalam bunga potong untuk memperpanjang
masa hidup atau kesegaran bunga serta fungsinya dalam tanaman, mengetahui
pengaruh pemberian gula pada tanaman, dan mengetahui sistem transportasi pada
tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem jaringan pembuluh
pada tumbuhan terdiri dari dua jaringan yaitu Xilem dan dan Floem yang
berfunngsi transprot air dan materi organik ke seluruh bagian tumbuhan dan
melakukan transport jarak jauh antara akar dan tajuk (Iriawati 2009).
Fungsi utama
xylem adalah mengangkut air serta zat-zat yang terlarut didalamnnya. Xylem, terdiri dari trakeid trakea / pembuluh
kayu, parenkim xylem, dan serabut/ serat xylem. Berdsarkan aal terbentuknya
terbagi menjadi xylem primer dan xylem sekunder. Xylem primer berasal dari
prokambium sedangkan xylem sekunder berasal dari kambium.
Air diserap
tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur yang terlarut didalamnya,
kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun, melalui pembuluh xylem.
Pembuluh xylem pada akar, batang, dan daun merupakan suatu sistem yang
continue, berhubungan dengan satu sama lain. Untuk dapat diserap oleh tanaman,
molekul molekul air harus berada pada permukaan akar. Dari permukaan akar ini
air di angkut menuju pembuluh xylem. Lintasan pergerakan air dari permukaan
akar menuju pembuluh xylem ini disebut lintasan radial pergerakan air ( Lakitan
2012).
Saat
daun mengalami transpirasi,air dalam daun berkurang dan daun berusaha menyerap
air dari batang,kemudian batang memperoleh air dari akar. Untuk membuktikan
bahwa daun dan batang mengadakan usaha untuk menyerap air,maka dilakukan
percobaan mengenai daya isap daun dan kapilaritas batang. Daya isap daun ini
memiliki kecepatan untuk melakukan penyerapan terhadap air,kecepatan ini
bergantung pada kekentalan zat cair,jumlah daun,dan tingkat penyinaran
(Salisbury, 1995:30).
Transpor aktif dapat terjadi secara langsung dan transpor
aktif tidak langsung. Yang termasuk transportasi aktif adalah pompa Vdan P.
Pompa tipe P adalah pompa H+ ATP-ase. Pompa Ca2+ ATP-ase melawan gradien
konsentrasi keluar sel atau masuk vesikel sitoplasma. Tipe pompa V strukturnya
sama dengan FoF1-ATP-ase. Transfor aktif tak langsung meliputi simprot dan
antiport. Simport mengankut substansi dengan arah yang sama dengan ion pemandu,
antiport mengangkut substansi dengan arah yang berlawanan dengan ion pemandu
(Sumadi dan Aditya 1989).
METEDOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu
Laboratorium CA
BIO1.Selasa, 22 September 2015,Pukul 07:00-11:00.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
dalam percobaan ini antar lain yaitu bunga krisan,bunga sedap malam, air, gula,
gelas plastik dan tutup, gelas ukur dan timbangan digital. Dalam percobaan ini
perlakuan yang digunakan antara ain yaitu kontrol, larutan gula 2% dan larutan
gula 5%.
Metode
Kerja
Berikut
ini merupakan diagram alir prosedur kerja (Gambar 1) percobaan transport
xyle pada bunga krisan dan bunga sedap
malam.
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2. Menimbang gula sebanyak 4 gram untuk larutan
sukrosa 2%,gula 10 gram untuk larutan sukrosa 5%,dan tanpa gula untuk kontrol
3. Melarutkan gula tersebut ke dalam gelas plastik
sesuai dengan perlakuan yaitu kontrol,sukrosa 2% dan sukrosa 5%
4. Potong bunga krisan dan bunga sedap malam 20 cm
dan masukkan ke dalam larutan dengan masing-masing perlakuan,sisakan 5
helai daun ke dalam larutan
5. Amati pertumbuhan bunga dengan parameter bunga
mekar 100%,75%,50%,25% dan 0%
6. Melakukan pengamatan selama 5 kali selama satu
minggu
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut tabel hasil praktikum
pengamatan data kelompok dan data kelas
pada bunga krisan dan bunga sedap malam.
Tabel 1
Pengamatan bunga krisan kelompok 4
Hari
|
Perlakuan
|
Mekar
|
rata-rata
|
Tingkat Kelayuan %
|
||||
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
84
|
37
|
39
|
37
|
36
|
46.6
|
4.7
|
sukrosa 2%
|
86
|
41
|
33
|
34
|
40
|
46.8
|
2.9
|
|
sukrosa 5%
|
79
|
31
|
28
|
37
|
46
|
44.2
|
5.8
|
|
2
|
kontrol
|
85
|
42
|
36
|
31
|
34
|
45.6
|
4.3
|
sukrosa 2%
|
85
|
39
|
46
|
41
|
39
|
50
|
4.7
|
|
sukrosa 5%
|
81
|
43
|
34
|
40
|
36
|
46.8
|
5.9
|
|
3
|
kontrol
|
83
|
44
|
37
|
35
|
33
|
46.4
|
4.3
|
sukrosa 2%
|
87
|
40
|
43
|
39
|
44
|
50.6
|
7.1
|
|
sukrosa 5%
|
78
|
37
|
36
|
42
|
38
|
46.2
|
6.9
|
|
4
|
kontrol
|
88
|
33
|
34
|
38
|
20
|
42.6
|
4.2
|
sukrosa 2%
|
83
|
37
|
38
|
40
|
13
|
42.2
|
10.4
|
|
sukrosa 5%
|
85
|
35
|
34
|
47
|
36
|
47.4
|
7.2
|
|
5
|
kontrol
|
91
|
38
|
30
|
35
|
33
|
45.4
|
3.5
|
sukrosa 2%
|
88
|
34
|
32
|
36
|
35
|
45
|
10.2
|
|
sukrosa 5%
|
89
|
35
|
39
|
38
|
30
|
46.2
|
11.2
|
Rata rata Jenis perlakuan tingkat kelayuan pada bunga krisan
selama pengamatan dari hari 1 sampai 5:
Kontrol =4.2
Sukrosa 2%=7.06
Sukrosa 5%=7.4
Rata rata Jenis perlakuan tingkat kemekaran pada bunga
krisan selama pengamatan dari hari 1 sampai 5:
Kontrol = 36.8
Sukrosa 2%=46.92
Sukrosa 5%=46.16
Tabel 2. Pengamatan pada bunga sedap malam
Hari
|
Perlakuan
|
Mekar
|
rata-rata
|
Tingkat Kelayuan %
|
||||
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
32
|
8
|
2
|
0
|
0
|
8.4
|
9.5
|
sukrosa 2%
|
38
|
3
|
1
|
3
|
0
|
9
|
0
|
|
sukrosa 5%
|
40
|
1
|
2
|
0
|
1
|
8.8
|
6.8
|
|
2
|
Kontrol
|
30
|
8
|
2
|
2
|
0
|
8.4
|
9.5
|
sukrosa 2%
|
37
|
2
|
1
|
3
|
0
|
8.6
|
14.2
|
|
sukrosa 5%
|
38
|
4
|
2
|
0
|
1
|
9
|
15.9
|
|
3
|
Kontrol
|
29
|
7
|
2
|
2
|
1
|
8.2
|
26.8
|
sukrosa 2%
|
36
|
2
|
2
|
2
|
1
|
8.6
|
35
|
|
sukrosa 5%
|
36
|
3
|
2
|
1
|
1
|
8.6
|
34.8
|
|
4
|
Kontrol
|
29
|
4
|
1
|
2
|
0
|
7.2
|
63
|
sukrosa 2%
|
33
|
3
|
0
|
3
|
1
|
8
|
87.5
|
|
sukrosa 5%
|
35
|
2
|
0
|
0
|
4
|
8.2
|
69.7
|
|
5
|
Kontrol
|
28
|
2
|
1
|
2
|
0
|
6.6
|
95
|
sukrosa 2%
|
31
|
3
|
0
|
0
|
1
|
7
|
97.5
|
|
sukrosa 5%
|
34
|
1
|
0
|
4
|
0
|
7.8
|
83.3
|
Rata rata Jenis perlakuan tingkat kelayuan pada bunga
sedap malam selama pengamatan dari hari 1 sampai 5:
Kontrol
= 40.76
Sukrosa
2%=46.84
Sukrosa
5%=42.1
Rata rata Jenis perlakuan tingkat kemekaran pada bunga
sedap malam selama pengamatan dari hari 1 sampai 5:
Kontrol
=7.76
Sukrosa
2%=8.24
Sukrosa
5%=7.88
Tabel 3 Data Kelas Pengamatan Bunga Krisan
hari 1
|
Perlakuan
|
Mekar
|
Tingkat kelayuan (%)
|
||||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||||
1
|
Kontrol
|
160
|
28
|
27
|
10
|
10
|
0
|
||||
sukrosa 2%
|
90
|
20
|
16
|
23
|
11
|
0
|
|||||
sukrosa 5%
|
0
|
14
|
23
|
26
|
18
|
1
|
|||||
2
|
Kontrol
|
238
|
7
|
11
|
6
|
0
|
0
|
||||
sukrosa 2%
|
102
|
56
|
70
|
8
|
0
|
0
|
|||||
sukrosa 5%
|
93
|
86
|
55
|
45
|
0
|
0
|
|||||
3
|
Kontrol
|
25
|
3
|
4
|
3
|
3
|
11
|
||||
sukrosa 2%
|
35
|
2
|
0
|
0
|
0
|
9
|
|||||
sukrosa 5%
|
37
|
6
|
1
|
0
|
3
|
5
|
|||||
4
|
Kontrol
|
84
|
37
|
39
|
37
|
36
|
4.7
|
||||
sukrosa 2%
|
86
|
41
|
33
|
34
|
40
|
2.9
|
|||||
sukrosa 5%
|
79
|
31
|
28
|
37
|
46
|
5.8
|
|||||
5
|
Kontrol
|
0
|
45
|
45
|
45
|
0
|
0
|
||||
sukrosa 2%
|
0
|
40
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||||
sukrosa 5%
|
0
|
54
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||||
6
|
Kontrol
|
99
|
36
|
22
|
20
|
9
|
-
|
||||
sukrosa 2%
|
70
|
30
|
20
|
19
|
13
|
-
|
|||||
sukrosa 5%
|
82
|
32
|
32
|
28
|
12
|
-
|
|||||
hari 2
|
Perlakuan
|
Mekar
|
tingkat kelayuan (%)
|
||||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||||
1
|
Kontrol
|
71
|
37
|
38
|
28
|
43
|
2
|
||||
sukrosa 2%
|
0
|
15
|
21
|
21
|
9
|
4
|
|||||
sukrosa 5%
|
62
|
46
|
48
|
35
|
46
|
7
|
|||||
2
|
Kontrol
|
119
|
9
|
14
|
10
|
10
|
0.3
|
||||
sukrosa 2%
|
107
|
48
|
44
|
8
|
29
|
2.9
|
|||||
sukrosa 5%
|
104
|
49
|
51
|
37
|
38
|
1.8
|
|||||
3
|
Kontrol
|
28
|
0
|
2
|
4
|
1
|
15
|
||||
sukrosa 2%
|
27
|
1
|
1
|
0
|
0
|
13
|
|||||
sukrosa 5%
|
35
|
3
|
4
|
2
|
0
|
11
|
|||||
4
|
Kontrol
|
85
|
42
|
36
|
31
|
34
|
4.3
|
||||
sukrosa 2%
|
85
|
39
|
46
|
41
|
39
|
4.7
|
|||||
sukrosa 5%
|
81
|
43
|
34
|
40
|
36
|
5.9
|
|||||
5
|
Kontrol
|
25
|
3
|
2
|
2
|
0
|
7
|
||||
sukrosa 2%
|
34
|
1
|
2
|
0
|
0
|
3
|
|||||
sukrosa 5%
|
36
|
0
|
8
|
0
|
2
|
6
|
|||||
6
|
Kontrol
|
98
|
36
|
34
|
35
|
20
|
-
|
||||
sukrosa 2%
|
89
|
35
|
40
|
22
|
30
|
-
|
|||||
sukrosa 5%
|
80
|
40
|
37
|
30
|
25
|
-
|
|||||
hari 3
|
Perlakuan
|
Mekar
|
tingkat kelayuan (%)
|
||||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||||
1
|
Kontrol
|
150
|
53
|
47
|
35
|
30
|
1
|
||||
sukrosa 2%
|
27
|
0
|
9
|
10
|
30
|
15
|
|||||
sukrosa 5%
|
95
|
60
|
74
|
60
|
45
|
8
|
|||||
2
|
Kontrol
|
108
|
36
|
44
|
30
|
34
|
1.5
|
||||
sukrosa 2%
|
93
|
32
|
42
|
31
|
38
|
4.6
|
|||||
sukrosa 5%
|
90
|
54
|
40
|
40
|
45
|
2.6
|
|||||
3
|
Kontrol
|
24
|
0
|
1
|
4
|
0
|
13
|
||||
sukrosa 2%
|
27
|
1
|
0
|
1
|
0
|
34
|
|||||
sukrosa 5%
|
33
|
2
|
3
|
0
|
2
|
18
|
|||||
4
|
Kontrol
|
83
|
44
|
37
|
35
|
33
|
4.3
|
||||
sukrosa 2%
|
87
|
40
|
43
|
39
|
44
|
7.1
|
|||||
sukrosa 5%
|
78
|
37
|
36
|
42
|
38
|
6.9
|
|||||
5
|
Kontrol
|
25
|
3
|
2
|
2
|
0
|
0
|
||||
sukrosa 2%
|
34
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
|||||
sukrosa 5%
|
36
|
6
|
8
|
0
|
2
|
0
|
|||||
6
|
Kontrol
|
108
|
36
|
44
|
30
|
34
|
-
|
||||
sukrosa 2%
|
93
|
32
|
42
|
31
|
38
|
-
|
|||||
sukrosa 5%
|
90
|
54
|
40
|
40
|
45
|
-
|
|||||
hari 4
|
Perlakuan
|
Mekar
|
tingkat kelayuan (%)
|
||||||||
kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||||
1
|
Kontrol
|
69
|
36
|
35
|
27
|
32
|
2.1
|
||||
sukrosa 2%
|
0
|
6
|
3
|
5
|
0
|
16.4
|
|||||
sukrosa 5%
|
45
|
46
|
45
|
32
|
48
|
10.5
|
|||||
2
|
Kontrol
|
97
|
54
|
26
|
44
|
31
|
1.91
|
||||
sukrosa 2%
|
78
|
52
|
45
|
32
|
27
|
5
|
|||||
sukrosa 5%
|
86
|
56
|
42
|
38
|
39
|
2.9
|
|||||
3
|
Kontrol
|
22
|
0
|
2
|
2
|
0
|
10
|
||||
sukrosa 2%
|
23
|
0
|
0
|
1
|
0
|
11
|
|||||
sukrosa 5%
|
5
|
0
|
1
|
0
|
0
|
9
|
|||||
4
|
Kontrol
|
88
|
33
|
34
|
38
|
20
|
4.2
|
||||
sukrosa 2%
|
83
|
37
|
38
|
40
|
13
|
10.4
|
|||||
sukrosa 5%
|
85
|
35
|
34
|
47
|
36
|
7.2
|
|||||
5
|
Kontrol
|
25
|
5
|
2
|
3
|
0
|
0
|
||||
sukrosa 2%
|
37
|
3
|
2
|
2
|
2
|
21
|
|||||
sukrosa 5%
|
36
|
0
|
7
|
1
|
1
|
35
|
|||||
6
|
Kontrol
|
97
|
54
|
20
|
44
|
31
|
-
|
||||
sukrosa 2%
|
78
|
52
|
45
|
32
|
27
|
-
|
|||||
sukrosa 5%
|
86
|
56
|
43
|
38
|
39
|
-
|
|||||
hari 5
|
Perlakuan
|
Mekar
|
tingkat kelayuan (%)
|
||||||||
kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||||
1
|
Kontrol
|
69
|
36
|
35
|
27
|
32
|
5.8
|
||||
sukrosa 2%
|
0
|
6
|
3
|
5
|
0
|
18.2
|
|||||
sukrosa 5%
|
45
|
46
|
45
|
32
|
48
|
11.7
|
|||||
2
|
Kontrol
|
82
|
63
|
36
|
41
|
30
|
2.3
|
||||
sukrosa 2%
|
60
|
68
|
46
|
33
|
31
|
6.71
|
|||||
sukrosa 5%
|
38
|
78
|
59
|
49
|
45
|
6.6
|
|||||
3
|
Kontrol
|
10
|
0
|
0
|
2
|
3
|
13
|
||||
sukrosa 2%
|
21
|
0
|
0
|
1
|
0
|
14
|
|||||
sukrosa 5%
|
2
|
0
|
3
|
0
|
0
|
12
|
|||||
4
|
Kontrol
|
91
|
38
|
30
|
35
|
33
|
3.5
|
||||
sukrosa 2%
|
88
|
34
|
32
|
36
|
35
|
10.2
|
|||||
sukrosa 5%
|
89
|
35
|
39
|
38
|
30
|
11.2
|
|||||
5
|
Kontrol
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
||||
sukrosa 2%
|
0
|
0
|
1
|
0
|
2
|
0
|
|||||
sukrosa 5%
|
7
|
2
|
2
|
1
|
1
|
0
|
|||||
6
|
Kontrol
|
86
|
63
|
36
|
41
|
30
|
-
|
||||
sukrosa 2%
|
60
|
68
|
46
|
33
|
31
|
-
|
|||||
sukrosa 5%
|
38
|
78
|
59
|
49
|
43
|
-
|
Berikut grafik rata-rata data kelas tingkat kelayuan bunga krisan pada perlakuan
kontrol,sukrosa 2%,dan sukrosa 5% :
Grafik 1 Rata-rata Kelas
Tingkat kelayuan pada bunga krisan
Tabel 4. Data Kelas Pengamatan Bunga Sedap
Malam
Hari 1
|
Perlakuan
|
Mekar
|
Tingkat
kelayuan (%)
|
||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
30
|
2
|
8
|
0
|
0
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
29
|
3
|
7
|
0
|
0
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
30
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
2
|
Kontrol
|
39
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
44
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
44
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
3
|
Kontrol
|
25
|
3
|
4
|
3
|
3
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
35
|
2
|
0
|
0
|
0
|
19
|
|||
sukrosa 5%
|
37
|
6
|
1
|
0
|
3
|
4
|
|||
4
|
Kontrol
|
32
|
8
|
2
|
0
|
0
|
9.5
|
||
sukrosa 2%
|
38
|
3
|
1
|
3
|
0
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
40
|
1
|
2
|
0
|
1
|
6.8
|
|||
5
|
Kontrol
|
120
|
33
|
34
|
29
|
29
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
90
|
42
|
50
|
30
|
33
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
90
|
31
|
55
|
56
|
22
|
0
|
|||
6
|
Kontrol
|
25
|
0
|
1
|
1
|
0
|
-
|
||
sukrosa 2%
|
14
|
0
|
0
|
1
|
0
|
-
|
|||
sukrosa 5%
|
20
|
1
|
1
|
1
|
0
|
-
|
|||
Hari 2
|
Perlakuan
|
Mekar
|
Tingkat kelayuan (%)
|
||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
16
|
14
|
7
|
6
|
6
|
4
|
||
sukrosa 2%
|
11
|
24
|
7
|
4
|
4
|
14.7
|
|||
sukrosa 5%
|
28
|
9
|
9
|
4
|
6
|
2.8
|
|||
2
|
Kontrol
|
36
|
2
|
1
|
0
|
0
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
42
|
5
|
2
|
0
|
0
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
43
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
3
|
Kontrol
|
28
|
0
|
2
|
4
|
1
|
5
|
||
sukrosa 2%
|
27
|
1
|
1
|
0
|
0
|
24
|
|||
sukrosa 5%
|
35
|
3
|
4
|
2
|
0
|
4
|
|||
4
|
Kontrol
|
30
|
8
|
2
|
2
|
0
|
9.5
|
||
sukrosa 2%
|
37
|
2
|
1
|
3
|
0
|
14.2
|
|||
sukrosa 5%
|
38
|
4
|
2
|
0
|
1
|
15.9
|
|||
5
|
Kontrol
|
90
|
32
|
28
|
31
|
26
|
23
|
||
sukrosa 2%
|
75
|
35
|
25
|
26
|
21
|
17
|
|||
sukrosa 5%
|
80
|
32
|
28
|
26
|
22
|
7
|
|||
6
|
Kontrol
|
30
|
1
|
2
|
2
|
0
|
-
|
||
sukrosa 2%
|
20
|
0
|
1
|
2
|
0
|
-
|
|||
sukrosa 5%
|
35
|
0
|
1
|
1
|
0
|
-
|
|||
Hari 3
|
Perlakuan
|
Mekar
|
Tingkat kelayuan (%)
|
||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
29
|
4
|
3
|
0
|
0
|
6
|
||
sukrosa 2%
|
28
|
1
|
0
|
0
|
0
|
16
|
|||
sukrosa 5%
|
31
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4.7
|
|||
2
|
Kontrol
|
33
|
6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
40
|
9
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
41
|
2
|
2
|
0
|
0
|
2.2
|
|||
3
|
Kontrol
|
24
|
0
|
1
|
4
|
0
|
15
|
||
sukrosa 2%
|
27
|
1
|
0
|
1
|
0
|
37
|
|||
sukrosa 5%
|
33
|
2
|
3
|
0
|
2
|
34
|
|||
4
|
Kontrol
|
29
|
7
|
2
|
2
|
1
|
26.8
|
||
sukrosa 2%
|
36
|
2
|
2
|
2
|
1
|
35
|
|||
sukrosa 5%
|
36
|
3
|
2
|
1
|
1
|
34.8
|
|||
5
|
Kontrol
|
221
|
35
|
32
|
30
|
25
|
30
|
||
sukrosa 2%
|
219
|
37
|
30
|
35
|
22
|
18
|
|||
sukrosa 5%
|
222
|
31
|
33
|
29
|
28
|
20
|
|||
6
|
Kontrol
|
33
|
6
|
1
|
6
|
0
|
-
|
||
sukrosa 2%
|
40
|
9
|
1
|
0
|
0
|
-
|
|||
sukrosa 5%
|
41
|
2
|
3
|
0
|
0
|
-
|
|||
Hari 4
|
Perlakuan
|
Mekar
|
Tingkat kelayuan (%)
|
||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
21
|
11
|
9
|
5
|
4
|
7.5
|
||
sukrosa 2%
|
9
|
12
|
12
|
10
|
12
|
18.2
|
|||
sukrosa 5%
|
11
|
4
|
4
|
9
|
6
|
4.7
|
|||
2
|
Kontrol
|
30
|
7
|
2
|
0
|
0
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
39
|
8
|
1
|
1
|
0
|
2
|
|||
sukrosa 5%
|
39
|
1
|
2
|
1
|
1
|
4.5
|
|||
3
|
Kontrol
|
22
|
0
|
2
|
2
|
0
|
22
|
||
sukrosa 2%
|
23
|
0
|
0
|
1
|
0
|
69
|
|||
sukrosa 5%
|
5
|
0
|
1
|
0
|
0
|
74
|
|||
4
|
Kontrol
|
29
|
4
|
1
|
2
|
0
|
63
|
||
sukrosa 2%
|
33
|
3
|
0
|
3
|
1
|
87.5
|
|||
sukrosa 5%
|
35
|
2
|
0
|
0
|
4
|
69.7
|
|||
5
|
Kontrol
|
82
|
35
|
32
|
30
|
25
|
30
|
||
sukrosa 2%
|
196
|
37
|
30
|
35
|
22
|
18
|
|||
sukrosa 5%
|
194
|
31
|
33
|
29
|
28
|
20
|
|||
6
|
Kontrol
|
30
|
7
|
3
|
1
|
0
|
-
|
||
sukrosa 2%
|
39
|
8
|
1
|
1
|
1
|
-
|
|||
sukrosa 5%
|
39
|
1
|
2
|
1
|
0
|
-
|
|||
Hari 5
|
Perlakuan
|
Mekar
|
Tingkat kelayuan (%)
|
||||||
Kelompok
|
0%
|
25%
|
50%
|
75%
|
100%
|
||||
1
|
Kontrol
|
12
|
12
|
1
|
1
|
0
|
10.8
|
||
sukrosa 2%
|
0
|
6
|
6
|
0
|
0
|
19.8
|
|||
sukrosa 5%
|
18
|
6
|
6
|
0
|
0
|
5.2
|
|||
2
|
Kontrol
|
30
|
4
|
4
|
1
|
0
|
2.5
|
||
sukrosa 2%
|
38
|
7
|
2
|
1
|
1
|
4
|
|||
sukrosa 5%
|
38
|
1
|
1
|
2
|
2
|
6.8
|
|||
3
|
Kontrol
|
10
|
0
|
0
|
2
|
3
|
56
|
||
sukrosa 2%
|
21
|
0
|
0
|
1
|
0
|
93
|
|||
sukrosa 5%
|
2
|
0
|
3
|
0
|
0
|
76
|
|||
4
|
Kontrol
|
28
|
2
|
1
|
2
|
0
|
95
|
||
sukrosa 2%
|
31
|
3
|
0
|
0
|
1
|
97.5
|
|||
sukrosa 5%
|
34
|
1
|
0
|
4
|
0
|
83.3
|
|||
5
|
Kontrol
|
99
|
40
|
31
|
38
|
35
|
0
|
||
sukrosa 2%
|
188
|
42
|
56
|
30
|
33
|
0
|
|||
sukrosa 5%
|
179
|
31
|
55
|
56
|
22
|
0
|
|||
6
|
Kontrol
|
30
|
4
|
4
|
1
|
0
|
-
|
||
sukrosa 2%
|
38
|
7
|
3
|
2
|
1
|
-
|
|||
sukrosa 5%
|
38
|
1
|
1
|
2
|
2
|
-
|
|||
Berikut grafik rata-rata data kelas tingkat kelayuan bunga sedap malam
pada perlakuan kontrol,sukrosa 2%,dan sukrosa 5% :
Grafik 2 Data Tingkat
kelayuan Bungan Sedap Malam
Pembahasan
Pada pengamatan data kelompok 4 pada bunga krisan tingkat
kelayuan bunga krisan lebih baik dengan menggunakan perlakuan kontrol
dibandingkan dengan gula 2% dan gula 5%, tingkat kelayuan bunga krisan dengan
menggungakan perlakuan kontrol memiliki tingkat kelayuan paling sedikit di
bandingkan dengan perlakuan sukrosa 2% dan sukrosa 5%. Pada perlakuan kontrol
memiliki rata-rata tingkat kelayuan sebanyak 4.2%. Perlakuan sukrosa 2%
memiliki rata-rata tingkat kelayuan sebanyak 7.06%. Pada perlakuan sukrosa 5%
memiliki rata-rata tingkat kelayuan sebanyak 7.4%.
Pada pengamatan data kelompok 4 pada bunga krisan
perlakuan kontrol memiliki tingkat kemekaran bunga paling sedikit dibandingkan
dengan perlakuan sukrosa 2% dan sukrosa 5%. Pada perlakuan kontrol memiliki
rata-rata tingkat kemekaran bunga sebanyak 36.8%. Pada perlakuan sukrosa 2%
memiliki rata-rata tingkat kemekaran sebanyak 46.92%. Pada perlakuan sukrosa 5%
mrmiliki rata-rata tingkat kemekaran sebanyak 46.16%.
Pada pengamatan data kelompok 4 pada bunga sedap malam.
tingkat kelayuan bunga sedap malam lebih baik dengan menggunakan perlakuan
kontrol dibandingkan dengan gula 2% dan gula 5%, tingkat kelayuan bunga krisan
dengan menggungakan perlakuan kontrol memiki tingkat kelayuan paling sedikit di
bandingkan dengan perlakuan sukrosa 2% dan sukrosa 5%. Pada perlakuan kontrol
memiliki rata-rata tingkat kelayuan sebanyak 40.76%. Perlakuan sukrosa 2%
memiliki rata-rata tingkat kelayuan sebanyak 46.84%. Pada perlakuan sukrosa 5%
memiliki rata-rata tingkat kelayuan sebanyak 42.1%.
Pada pengamatan bunga sedap malam kelompok 4. perlakuan
kontrol memiliki tingkat kemekaran bunga paling sedikit dibandingkan dengan
perlakuan sukrosa 2% dan sukrosa 5%. Pada perlakuan kontrol memiliki rata-rata
tingkat kemekaran bunga sebanyak 7.76%. Pada perlakuan sukrosa 2% memiliki
rata-rata tingkat kemekaran sebanyak 8.24%. Pada perlakuan sukrosa 5% memiliki
rata-rata tingkat kemekaran sebanyak 7.88%.
Dapat dilihat
pada grafik data kelas, tingkat kelayuan bunga krisan di atas diketahui
rata-rata tingkat kelayuan pada bunga krisan pada hari pertama adalah 3.14%
untuk perlakuan kontrol sedangkan untuk perlakuan larutan 2% dan 5% adalah
2.38% dan 2.36%. Pada hari kedua mengalami peningkatan tingkat kelayuan yaitu pada
perlakuan kontrol adalah 5.72% sedangkan perlakuan larutan 2% dan 5% adalah
5.52% dan 6.34% dan terus meningkat pada hari hari berikutnya meskipun terjadi
penurunan pada perlakuan kontrol dari 5.72% pada hari kedua menjadi 4.92% pada
hari ke 5. Sedangkan, pada perlakuan larutan gula 2% dan 5% terjadi peningkatan
kelayuan meskipun dihari ke-5 terjadi penurunan. Ini membuktikan bahwa larutan
gula tidak berpengaruh terhadap tingkat kelayuan, justru perlakuan kontrol yang
dapat mempertahankan tingkat kelayuan dibanding dengan perlakuan larutan gula,
apa itu perlakuan 2% ataupun perlakuan 5%. Jika
dibandingkan pada data kelompok 4 bahwa tingkat kelayuan pada bunga krisan
tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh rata-rata kelas yaitu
perlakuan kontrol lebih baik untuk mempertahankan tingkat kelayuan dabandingkan
dengan perlakuan larutan gula 2% ataupun 5% .
Dapat dilihat
pada grafik data kelas, tingkat kelayuan bunga sedap malam di atas diketahui
rata-rata tingkat kelayuan pada bunga sedap malam pada hari pertama adalah 1.9
untuk perlakuan kontrol sedangkan untuk perlakuan larutan 2% dan 5% adalah 3.8%
dan 2.16%. Pada hari kedua mengalami peningkatan tingkat kelayuan yaitu pada
perlakuan kontrol adalah 8.3% sedangkan perlakuan larutan 2% dan 5% adalah
5,52% dan 6,34% dan terus meningkat pada hari hari berikutnya meskipun terjadi
penurunan pada perlakuan kontrol dari 8.3% pada hari kedua menjadi 32.86% pada
hari ke 5. Sedangkan, pada perlakuan larutan gula 2% dan 5% terjadi peningkatan
kelayuan meskipun dihari ke-5 terjadi penurunan. Ini membuktikan bahwa larutan
gula tidak berpengaruh terhadap tingkat kelayuan, justru perlakuan kontrol yang
dapat mempertahankan tingkat kelayuan dibanding dengan perlakuan larutan gula,
apa itu perlakuan 2% ataupun perlakuan 5%. Jika dibandingkan
pada data kelompok 4 bahwa tingkat kelayuan pada bunga sedap malam tidak jauh
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh rata-rata kelas yaitu perlakuan
kontrol lebih baik untuk mempertahankan tingkat kelayuan dabandingkan dengan
perlakuan larutan gula 2% ataupun 5% .
Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat konsentrasi
larutan gula yang terlalu pekat untuk bunga krisan meskipun kepekatan larutan
hanya 2% dan 5%. Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Salisbury,
1995 bahwa daya isap daun ini memiliki kecepatan untuk melakukan penyerapan
terhadap air, kecepatan ini bergantung pada kekentalan zat cair,jumlah daun,dan
tingkat penyinaran. Jadi bunga krisan dan bunga sedap malam dengan perlakuan
kontrol lebih tahan lama karena larutan tidak terlalu pekat sehingga air mudah
diserap oleh tanaman.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang
didapat pada percobaan transport xylem ini adalah perlakuan sukrosa 0% atau
perlakuan kontrol merupakan perlakuan terbaik dibandingkan perlakuan sukrosa 2%
dan 5%. Perlakuan sukrosa 2% dan 5% menghambat transport xylem sehingga hasil
yang didapat selalu buruk, baik dari tingkat kelayuan yang tinggi maupun
kemekaran yang terendah dibandingkan sukrosa 0%. Sebaiknya apabila hendak
menambahkan gula, tidak boleh terlalu pekat agar transport xylem tidak
terganggu.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan percobaan transport
xylem agar pada penggunaan konsentrasi sesuai dengan yang dibutuhkan agar
tanaman dapat bertahan dengan baik sesuai dengan tujuan . Sebaiknya dalam praktikum ini mahasiswa harus lebih teliti pada
saat melakukan pengamatan agar tidak salah saat melakukan perekapan data.
DAFTAR PUSTAKA
Amiarsi D, Utami P K. 2011. Peranan larutan pengawet terhadap mutu bunga potong Alpinia
selama peragaan. Journal. Vol
21, No 2 (2011): 185-190.
Amiarsi
D, Yulianingsih, W Broto, Sjaifullah. 2003. Pengaruh larutan pulsing dalam pengemasan dan pengangkutan bunga
mawar potong. Journal. Vol 13, No 4 (2003): 285-291. Diakses tanggal 12
November 2015.
Iriani F. 2009. Formulasi Lengkap
Larutan Pengawet Bunga Potong Anyelir (Dyanthus
cryophillus). Journal. Vol 20, No 3 (2009): 225-231. Diakses tanggal 12
November 2015.
Dardjat S, Arbayah S. (1996). Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lakitan,B.1993.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.Rajawali Pers.Jakarta
Salisbury, F.B. dan C.W.Ross, 1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid satu. Bandung
(ID).Diterjemahkan Oleh : D.R.Lukman dan Sumaryono: ITB-Press.
Komentar
Posting Komentar