FISIOLOGI TANAMAN

UJI KEMASAKAN BUAH (PERAN ETILEN)


 PENDAHULUAN

 Produk hasil pertanian memiliki sifat mudah rusak atau perishable, terutama bebuahan. Ketidakseragaman dalam hal kematangan ketika panen menjadi salah satu kelemahan produk pertanian. Pemilihan waktu dan umur kematangan yang tepat akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dipanen. Terlebih lagi pada komoditi berupa buah yang terklasifikasi atas buah klimakterik dan non-klimakterik. Penanganan pasca panen untuk kedua jenis buah ini pun akan berbeda.

Buah-buahan yang telah dipanen akan mengalami proses respirasi. Respirasi menyebabkan terjadinya pematangan pada buah dan pada akhirnya buah tersebut akan mengalami perubahan seperti pelayuan dan pembusukan. Respirasi sendiri merupakan perombakan bahan organik yang lebih komplek seperti pati, asam organik dan lemak menjadi produk yang lebih sederhana (karbondioksida dan air) dan energi dengan bantuan oksigen. Aktivitas respirasi penting untuk mempertahankan sel hidup buah. Buah-buahan dengan laju respirasi tinggi cenderung cepat mengalami kerusakan. Percepatan respirasi ini juga dipengaruhi oleh keberadaan etilen.
Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses  lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang juga disebut  fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan. Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia maka ditemukan banyak senyawa-senyawa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator).
Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur pertumbuhan ethylen pada pemasakan buah pada berbagai konsentrasi.


TINJAUAN PUSTAKA


Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik.
Klimaterik merupakan suatu fase yang banyak sekali perubahan yang berlangsung (Zimmermar, 1961). Klimaterik juga diartikan sebagai suatu keadaan „auto stimulation“ dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi (Hall, 1984). Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA (Heddy, 1989).
Dapat disimpulkan bahwa klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik (Zimmermar,1961). Berdasarkan sifat klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan klimakterik menurun.
Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei (Kusumo, 1990).
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang.
Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico, 1986).

  
METODOLOGI KERJA


Waktu dan Tempat

Tempat Percobaan praktikum di laksanakn di Laboratorium CA BIO 1 pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 08.00 WIB sampai selesai..


Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pisang (Musa paradisiaca) ½ sisir ( dua ulangan) / mangga (Mangifera indica), spray, aquadest, perlakuaannya adalah : kontrol, etilen 1 ppm pada 500 ml, etilen  2 ppm pada 500 ml, Etilen alami.


Metode Kerja
1.      Siapkan semua alat dan bahan
2.      Siapkan buah yang akan di semprot oleh spray yang berisi air 500 ml sebagai control dengan 2 ulangan
3.      Siapkan buah yang disemprot dengan larutan etilen 1 ppm dan 2 ppm pada 500 ml dengan dua ulangan.
4.      Semprotkan larutan dan maskukkan kedalam mika.
5.      Simpan pada suhu kondisi kamar.
6.      Melakukan pengamatan setiap hari dengan menggunakan skor nilai antara lain :
a.       Skor warna kulit antara lain (1) Hijau, (2) hijau kekuningan, (3) kuning, (4) kuning Tua.
b.      Warna daging buah antara lain (1) putih pucat, (2) putih kekuningan, (3) kuning, (4) kuning + lembek.
c.       Skor kekerasan antara lain (1) keras, (2) agak keras, (3) lunak, (4) sangat lembek/busuk.
d.      Rasa tingkat kemasakan antara lain (1) sepat/ bergetah, (2) agak manis, (3) manis, (4) manis agak pahit.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

a.       Mangga
Tabel 1 Hasil pengamatan mangga hari ke-1
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontroll
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
1
Warna Kulit
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
2
1
2
4
1
1
1
1
5
1
1
1
1
6
1
1
1
1
Warna Daging Buah
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
2
0
0
0
4
2
0
0
0
5
0
0
0
0
6
2
2
2
2
Tingkat Kekerasan
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
1
1
1
4
1
0
0
0
5
1
2
1
1
6
1
1
1
1
Rasa Buah
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
0
0
0
4
1
0
0
0
5
0
0
0
0
1
6
1
1
1











Tabel 2 Hasil pengamatan mangga hari ke-2
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
2
Warna Kulit
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
2
2
2
4
5
3
3
3
3
1
1
1
1
6
1
1
1
1
Warna Daging Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tingkat Kekerasan
1
0
0
0
0
2
1
1
1
1
3
1
3
3
1
4
0
0
0
0
5
2
1
2
1
6
0
0
0
0
Rasa Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tabel 3 Hasil pengamatan mangga hari ke-3
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
3
Warna Kulit
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
2
3
3
2
4
1
2
2
2
5
2
1
1
1
6
1
2
2
1
Warna Daging Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tingkat Kekerasan
1
0
0
0
0
2
1
2
2
1
3
2
3
3
1
4
0
0
0
0
5
2
1
3
1
6
0
0
0
0
Rasa Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tabel 4 Hasil pengamatan mangga hari ke-4
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
4
Warna Kulit
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
3
2
3
3
3
4
2
2
2
2
5
2
2
2
1
6
1
2
2
2
Warna Daging Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tingkat Kekerasan
1
0
0
0
0
2
2
2
3
2
3
2
3
3
1
4
0
0
0
0
5
3
2
4
2
6
0
0
0
0
Rasa Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0



Tabel 5 Hasil pengamatan mangga hari ke-5
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
5
Warna Kulit
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
3
2
3
4
2
4
2
3
3
2
5
2
2
2
1
6
1
2
2
1
Warna Daging Buah
1
3
3,5
4
3
2
4
4
2
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
5
2
4
4
3
6
2
3
3
2
Tingkat Kekerasan
1
2
3
3
2
2
3
3
4
2
3
2
4
4
1
4
3
2
4
3
5
3
3
4
2
6
1
3
3
2
Rasa Buah
1
1
1
1
2
2
2
3
4
1
3
1
4
4
2
4
2
2
2
2
5
4
2
2
2
6
1
1
1
2

b.      Pisang
Tabel 1 Hasil pengamatan pisang hari ke-1
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
1
Warna Kulit
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
2
4
1
1
1
1
5
3
3
1
3
6
1
1
1
1
Warna Daging Buah
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
0
0
0
4
2
2
2
2
5
0
0
0
0
6
2
2
2
2
Tingkat Kekerasan
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
4
1
1
1
1
5
1
2
1
1
6
2
0
0
0
Rasa Buah
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
0
0
0
4
1
1
1
1
5
0
0
0
0
6
2
0
0
0
Tabel 2 Hasil pengamatan pisang hari ke-2
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
2
Warna Kulit
1
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
4
1
1
1
1
5
3
3
2
3
6
2
0
0
2
Warna Daging Buah
1
2
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tingkat Kekerasan
1
2
0
0
0
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
4
0
0
0
0
5
2
2
1
3
6
0
0
0
0
Rasa Buah
1
2
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0

Tabel 3 Hasil pengamatan pisang hari ke-3
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
3
Warna Kulit
1
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
1
2
2
2
5
3
3
3
3
6
3
0
0
2
Warna Daging Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tingkat Kekerasan
1
0
0
0
0
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
0
0
0
0
5
3
3
3
3
6
0
0
0
0
Rasa Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tabel 4 Hasil pengamatan pisang hari ke-4
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
4
Warna Kulit
1
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
2
2
2
2
5
3
3
4
3
6
4
0
0
0
Warna Daging Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
0
0
0
0
Tingkat Kekerasan
1
0
0
0
0
2
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
0
0
0
0
5
3
2
4
2
6
0
0
0
0
Rasa Buah
1
0
0
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
4
0
0
0
0
5
0
0
0
0
6
2
0
0
0
Tabel 5 Hasil pengamatan pisang hari ke-5
Hari Ke-
Parameter
Kelompok
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
Etilen Alami
5
Warna Kulit
1
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
2
3
3
2
5
3
3
4
3
6
4
4
4
3
Warna Daging Buah
1
4
3
3
3
2
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
5
2
3
4
4
6
4
4
2
2
Tingkat Kekerasan
1
3
3
3
3
2
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
2
4
3
5
4
3
3
4
6
4
3
3
2
Rasa Buah
1
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
2
2
2
2
5
3
3
2
3
6
4
3
4
3




Pembahasan

Ethepon merupakan zat pengatur tumbuh tanaman hasil sintesis etilen. Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal yang ditemukan dalam fase gas. Etephon dan etilen memiliki fungsi yang sama yaitu berperan untuk mematangkan buah secara seragam dan mencegah busuk atau rusaknya buah ketika siap untuk dipasarkan. Etilen bekerja dengan cara memcahkan klrofil pada buah muda sehingga buah hanya memiliki karoten dan xantofil.
Hasil percobaan kali ini menunjukkan bahwa pemberian ethepon mempengaruhi warna kulit, warna daging, tingkat kekerasan, dan rasa buah Mangifera indica dan Musa paradisiaca. Pada tabel dengan parameter warna kulit buah menunjukkan bahwa, pada Musa paradisiaca kontrol, pemberian ethepon 2 cc dan 5 cc serta pemberian etilen alami dari hari ke-1 hingga hari ke-5 mengalami perubahan warna kulit. Pemeraman yang dilakukan selama 5 hari menyebabkan warna kulit Musa paradisiaca berubah. Perubahan warna kulita yang terjadi bermacam-macam. Dimulai dari hijau kekuningan sampai kuning, dan hijau kekuningan hingga kuning tua.
Pemberian etilen 2 cc dan 5 cc pada Musa paradisiaca menyebabkan warna kulit berubah dari warna hijau kekuningan menjadi kuning. Sedangkan, Musa paradisiaca yang diberi perlakuan etilen alami menyebabkan warna kulit berubah dari hijau kekuningan menjadi kuning tua. Dalam hal ini etilen alami mampu mematangkan Musa paradisiaca lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini mungkin disebabkan etilen mampu membantu buah untuk menghasilkan etilen langsung dari jaringan tanaman itu sendiri.
Namun, disisi lain terdapat teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan dari ethepon maka perubahan warna dan pelunakan buah semakin cepat (Suyanti dan Rani (1989) dalam Prabawati et al, (2008:30). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian zat ethepon akan lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian perangsang lain seperti perangsang dari etilen alami. Salah satu penyebab berbedanya hasil yang didapat dengan teori yang sudah ada karena adanya kesalahan kecil yang dilakukan saat praktikum. Misalnya, ketika ethepon telah disemprotkan dengan buah, buah tidak langsung ditutup, atau penyebab lain yaitu gas keluar dari mika  karena penyelotipan yang kurang erat.
Pada parameter pengamatan warna daging buah, tingkat kekerasan buah, dan rasa tingkat kemasakan buah dilakukan pada hari pertama dan pada hari ke-5. Hal ini disebabkan karena pada parameter ini pengamatan harus dilakukan dengan membukan kemsakan mika sehingga dapat mengganggu pengamatan.
Pada hari pertama warna daging buah memiliki skor 2 yaitu putih kekuningan,  tingkat kekerasan memiliki skor 2 yaitu agak keras dan rasa tingkat kemasakan mendapat skor 2 yaitu agak manis. Setelah pemeraman selama 5 hari terjadi perubahan pada Musa paradisiaca. Hasil terbaik dari percobaan ini ditunjukkan pada Musa paradisiaca yang mendapat perlakuan pemberian etilen alami dan etilen dengan konsentrasi 5 cc baik itu pada parameter pengamatan warna daging buah, tingkat kekerasan, dan rasa tingkat kematangan. Diduga Musa paradisiaca memiliki kandungan etilen yang cukup banyak sehingga ketika diberi perlakuan 2 cc ataupun 5 cc akan mendapatkan hasil yang hamper sama dengan yang diberi perlakuan etilen alami.
Mangifera indica merupakan buah klimaterik. Dalam percobaan kali ini Mangifera indica mendapat perlakuan yang sama dengan dengan Musa paradisiaca. Dari tabel dapat dilihat bahwa pada hari pertama warna kulit buah masih menununjukkan warna hijau, warna daging buah masih menunujukkan warna putih kekuningan, tingkat kekerasan masih menunjukkan keras dan rasa tingkat kemmasakan masih menunjukkan rasa sepat atau bergetah.
Mangifera indica yang diberi perlakuan ataupun tidak diberi perlakuan mengalami perubahan setaip harinya. Pada hari ke-5 sudah terlihat mencolok perubahan yang terjadi pada Mangifera indica. Perubahan yang menunjukkan kematangan paling baik adalah pada Mangifera indica yang diberi perlakuan  5 cc. Pemberian ethepon 5 cc pada Mangifera indica mampu merangsang jaringan untuk mematangkan buah tersebut. Perubahan tersebut meliputi warna kulit buah yang bewarna hijau kekuningan, warna daging buah yang bewarna kuning lembek, tingkat kekerasan yang sudah sangan lembek, dan rasa tingkat kematangan yang sudah agak manis.



KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat adalah:
1.      Perlakuan terbaik pada pematangan buah pisang adalah pada perlakuan yang diberikan etilen alami
2.      Pisang memiliki kandungan etilen yang banyak sehingga hanya dengan pemberian etilen alami  mampu memetangkan buah dengan cepat
3.      Pemberian ethepon 5cc pada mangga menghasilkan kematangan lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian ethepon 2 cc
4.      Konsentasi yang semakin tinggi diduga dapat mematangkan buah semakin cepat
Saran

            Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya penyelotipan pada mika dilakukan dengan erat sehingga meminimalisir hilangnya gas dari ethepon.  



DAFTAR PUSTAKA

 Chaitimatun Nisa dan Rodinah. 2005. Kulktur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang ( Musa paradisiacal L.) Dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin. Bioscientiae Vol. 2, No, 2, Hal. 23-36. Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hall, J.L.1984.Plany Cell Structure and Metabolism. Language Book society. English.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Yasaguna, Jakarta. Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants. Pergamon Press, New York.
Aman, M. 1989. Fisiologi Pasca Panen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kartasapoetra, 1994. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pantastico, 1989. Dasar-Dasar Memilih Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


Komentar

Postingan Populer